Lihat ke Halaman Asli

Rizky Ramadhan

untuk tugas

Batavia Benih Jakarta

Diperbarui: 23 Maret 2021   03:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kota kolonial hadir di Indonesia pertama kali saat bangsa Belanda menginjakkan kakinya di Nusantara dan melakukan proses kolonialisme, Batavia (saat ini berganti nama menjadi Jakarta) adalah salah satu bukti nyata dari kota kolonial yang terbangun pada masa itu. Kota kolonial tercipta karena kebutuhan bangsa Belanda akan kantor dagang serta pusat pemerintahan di daratan koloni mereka, secara nyata kawasan yang dibangun oleh penjajah tersebut terus berkembang sesuai kebutuhan mereka dan menjadi sebuah melting pot dimana keberagaman melebur didalamnya karena perekonomian berputar disana yang menyebabkan kerumunan tercipta.  

Batavia sendiri dijadikan sebagai kantor dagang oleh VOC dikarenakan terdapat pelabuhan serta adanya izin untuk mendirikan bangunan baik tempat tinggal maupun perkantoran. Hal tersebut juga senada dengan persaingan dalam memonopoli perdagangan di Nusantara dikarenakan tidak hanya Belanda yang datang ke Nusantara pada masa penjelajahan dunia. Saat VOC bangkrut, pemerintah Belanda tak melepaskan Batavia begitu saja, kota yang telah terbentuk ini menjadi ibukota pemerintahan di daerah koloni Nusantara. Keramaian yang telah tercipta serta tersedianya fasilitas penunjang mendasari kelanjutan dalam pembentukan Batavia sebagai pusat pemerintahan Belanda di negara koloni.

Tata kota dibentuk sebagai fasilitas penunjang kebutuhan bangsa Bropa saat berada di daerah koloni kekuasaan mereka, arsitektur bergaya Eropa tak dapat dipisahkan untuk memperlihatkan kemegahan bangsa mereka dihadapan rakyat pribumi. Hal tersebut terbukti dengan gedung-gedung peninggalan Belanda yang saat ini telah beralih fungsi dan dipergunakan oleh pemerintah dan dilindungi sebagai cagar budaya. Di Jakarta sendiri, bangunan peninggalan Belanda terlihat memiliki jendela besar yang langsung berhadapan dengan cahaya terik matahari yang masuk, udara panas terperangkap sepanjang hari didalam bangunan dikarenakan pemaksaan penggunaan arsitektur Eropa di kawasan Nusantara yang memiliki iklim yang berbeda.

Kondisi sosial Batavia dihadapkan pada perbedaan kelas melalui perbedaan ras, ras kulit putih memiliki tingkatan paling tinggi dan disusul dengan pedagang non pribumi yang datang dari luar negeri dan membuat pemukiman barulah digolongan terakhir terdapat kaum pribumi. Bahkan untuk tempat hiburan pun terdapat pembagian kelas ini, ambil saja contoh pada tempat prostitusi di era kota kolonial yang terbagi atas kawasan elite untuk bangsa Eropa yang terbagi lagi dengan jabatan mereka masing-masing serta kawasan bawah untuk para rakyat pribumi yang haus akan kenikmatan dunia. Perbedaan tersebut terlihat dari kondisi tempat prostitusi dan pekerja seks komersial yang ada pada tempat tersebut, sebut saja macau po yang menghadirkan kupu-kupu malam dari luar negeri dan gang mangga yang menghadirkan kupu-kupu malam asli pribumi. Sistem pemisahan sosial ini diatur oleh Bangsa Belanda yang melakukan tindak kolonialisme di Nusantara, hal tersebut guna menjaga posisi mereka dari rakyat pribumi serta menunjukkan superioritas ras kulit putih.

Pembagian kelas sosial juga terlihat dalam pembentukan pemukiman dalam tata kota, dimana terbagi atas pemukiman bangsa Eropa, pedagang Tionghoa, dan pribumi. Melanjutkan pada awal pendirian Batavia, bangsa Belanda membuat rumah tinggal dan fasilitas bangunan lain disepanjang sungai ciliwung. Para pedagang Tionghoa mendapatkan izin mendirikan bangunan dan membuat pecinan yang sampai saat ini masih terkenal dengan sebutan Glodok, sedangkan rakyat pribumi tinggal dibagian terluar kota Batavia ini.

Perkembangan kota kolonial tidak terjadi dalam satu malam, proses panjang lah yang menghasilkan sebuah kota yang tak padam kala mentari tenggelam. Perkembangan ini tak lepas pada pengaruh kolonial yang menjadi pusat baik dalam sosial, ekonomi dan politik dalam pembangunan kota kolonial. Kebijakan-kebijakan yang dihadirkan berdasarkan kebutuhan mereka dan melibatkan seluruh warga kota, melalui patok-patok kolonial ini lah kota kolonial dapat berkembang. Urbanisasi yang hadir mengindikasikan perputaran keuangan yang terjadi secara cepat pada kota tersebut, para pelancong yang datang tak hanya membawa perkembangan pada keuangan kota tetapi juga perkembangan pada budaya yang ada melalui perpaduan yang hadir. Perkembangan fasilitas kota berasal dari ilmu yang dibawa oleh bangsa Belanda dalam membangun tata kota, peraturan daerah juga berkembang melalui kebijakan pemerintah kolonial yang menyesuaikan dengan perkembangan kota.

Kota kolonial seperti Batavia menjadi sebuah patokan dari kota Jakarta yang kita kenal saat ini, pembangunan pusat pemerintahan kolonial memberikan dampak yang besar bagi sebuah kota. Berkembangnya perekonomian dalam kota kolonial tak lepas dari kebijakan yang terpusat pada pemerintah kolonial, dampak dari perputaran ekonomi ini ialah membesarnya kota kolonial dan pengaruhnya yang semakin meluas bagi sekitarnya. Tak selamanya buruk, kolonialisme yang hadir memberikan dampak tersendiri bagi kota-kota besar yang kita kenal jika dilihat dari kota kolonial dan kebijakan pemerintah kolonial dalam membangun kota.  Warisan ini selamanya berkembang dalam keramaian kota yang kita nikmati sampai hari ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline