Lihat ke Halaman Asli

Selamat Datang Kembali Supremasi Militer

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Welcome Armed Force in Indonesian living, begitu kira-kira ucapan yang layak disampaikan kepada TNI belakangan ini.

Fenomena ini krn terkait dg upaya memunculkan kembali peran militer didalam kehidupan di Indonesia.

Tanpa diketahui asal muasalnya, tiba-tiba muncul istilah begal terhadap kejahatan-kejahatan jalanan yang secara hukum dikenal dengan nama pencurian dengan kekerasan atau biasa disebut rampok (365 KUHP), pencurian dengan pemberatan (363 KUPH), copet (362 KUHP) , pencurian motor.

Belakangan "begal" bahkan melebar seperti begal anggaran, begal demokrasi, dll.

Hal ini adalah agenda tersembunyi dengan maksud menyebarkan opini bahwa saat ini rawan & polisi dianggap tidak mampu menciptakan rasa aman di tengah-tengah  masyarakat, padahal dilihat dari data, pengungkapan kasus kejahatan tradisional oleh Polisi mencapai 82%, tertinggi dikawasan asia, bahkan mungkin dunia, jika dikaitkan dengan anggaran minim yang diterima. Namun justru angka 18% yang selalu dimunculkan oleh media,  Termasuk nettizer (ghost nettizer?)

Opini lain yang dipublikasikan yaitu Munculnya berita-berita lama yg terkait dgn polisi yg diserang oleh warga/preman/pelaku kejahatan, kemudian secara serampangan disimpulkan oleh media bahwa polisi saat ini tidak berwibawa di mata masyarakat.

Yang sekarang menjadi trending topic adalah munculnya istilah kriminalisasi yg ditafsirkan sebagai upaya bareskrim mencari2 kesalahan Mantan pimpinan KPK, sehingga ditimbulkan kesan bahwa yg dilakukan oleh polisi adalah salah.

Yang paling tidak sadar sedang dimanfaatkan adalah mereka mengaku sebagai koalisi masyarakat sipil, yaitu upaya gerilya yg dilakukan oleh Bambang Widjojanto, Imam Prasojo dan Deni Indrayana dengan dukungan LSM ICW, YLBHi, kontras, pukat ugm, dll, dgn menggalang BEM dan mahasiswa, dg alasan penguatan pemberantasan korupsi/reformasi polri dll, yg arahnya adlah pembentukan opini bahwa polri belum reformis.

Sebagai calon pemain utama yang akan naik panggung adalah TNI yaitu adanya upaya masuk ke dalam ranah pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat  dan penegakan hukum, seperti TNI dg gunakan istilah OMSP yg arahnya adalah pengkondisian UU Keamanan Nasional.

Ada juga yang melakukan penggunaan media sosial yg dapat mempengaruhi publik dengan penyaluran konten informasi melalui media massa, yg menyalahkan Polisi dlm pelaksanaan tugasnya.

Beberapa media mulai melakukan pembusukan dengan diangkatnya kasus-kasus terhadap "WONG CILIK" yang sudah masuk tahap persidangan seperti kasus curi kayu jati oleh terdakwa nenek asyifa, dll.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline