Stress adalah sebuah ungkapan yang kerap terdengar ditengah masyarakat modern. Individu kerap menggunakan kata tersebut untuk mengekspresikan kondisi dimana individu merasa tertekan atau terancam.
Berdasarkan daftar istilah Psikologis oleh American Psychological Association (APA), kata stress memiliki arti sebagai sebuah pola respon yang dimiliki oleh organisme, atau makhluk hidup, terhadap sebuah kondisi yang mengganggu status equilibrium atau keseimbangan, dimana kondisi ini melebihi kemampuan individu untuk mengatasinya.
Artinya stress adalah sebuah respon natural yang dimiliki setiap makhluk hidup ketika dihadapkan dalam suatu situasi yang mengancam kondisi natural. Dalam hal ini, seekor anjing akan merasa stress ketika dikandangkan terlalu lama dikarenakan anjing adalah hewan yang menyukai kebebasan atau seekor kelinci akan merasa stress apabila dibiarkan sendirian karena kelinci adalah binatang yang senang berkelompok.
Stress juga dapat dikatakan muncul ketika seseorang mempresepsikan bahwa situasi yang dihadapi tidak dapat diatasi atau melebihi kemampuan individu tersebut untuk mengatasinya. Misalnya, seorang anak yang duduk pada bangku SD akan merasa stress apabila diperhadapkan pada soal ujian anak SMA atau seorang pekerja akan merasa stress apabila diberikan sebuah tugas yang pengerjaannya membutuhkan waktu 5 hari namun hanya diberikan waktu sampai 3 hari.
Lalu apa saja faktor yang mempengaruhi tingkat stress dan bagaimana cara mengatasinya?
Stress merupakan sebuah fenomena yang umum dialami oleh makhluk hidup, akan tetapi tingkat stress yang dialami masing-masing organisme dapat berbeda satu dengan lainnya sekalipun dihadapkan pada sebuah situasi yang sama. Richard Lazarus, seorang Psikolog asal Amerika yang terkenal sebagai penemu 5 emosi dasar manusia sebagaimana digambarkan dalam film animasi Disney Inside Out, mengemukakan 2 faktor yang mempengaruhi tingkat stress :
- Appraisal -- evaluasi individu terhadap situasi yang dihadapi, yaitu seberapa signifikan situasi tersebut dalam mempengaruhi kehidupan individu secara keseluruhan, seberapa besar kemungkinan bagi individu untuk mengatasi tekanan atau ancaman yang muncul dalam situasi tersebut, dan apakah terdapat kemungkinan bagi individu untuk memperoleh sesuatu yang menguntungkan dari situasi tersebut.
- Coping -- upaya individu untuk mengatasi atau mengelolah situasi yang menekan atau mengancam individu. Untuk dapat melakukan hal ini dengan baik, individu membutuhkan kemampuan resiliensi yang baik, kemampuanuntuk "memantul" atau pulih kembali dengan cepat dan utuh. Hal ini penting agar individu tidak berada dalam kondisi shock atau terpaku dalamf waktu yang terlalu lama dan dapat kembali ke dalam kondisi prima untuk mengevaluasi solusi yang tersedia dengan sebaik-baiknya.
Berbagai macam teknik dilakukan oleh manusia untuk mengurangi tingkat stress yang dialaminya, mulai dari yoga, pijat, aromaterapi, dan berbagai macam metode relaksasi lainnya hingga mengkonsumsi narkoba dan minum minuman beralkohol. Semua terbukti efektif, namun tidak dalam jangka panjang. Beberapa metode relaksasi memang sangat disarankan untuk mengelolah tingkat stress, akan tetapi teknik yang terbukti paling efektif dalam menjaga agar tingkat stress tetap rendah adalah dengan menjaga pola hidup yang sehat.
Olahraga yang rutin, tidur yang teratur, dan konsumsi makanan yang sehat adalah 3 hal utama yang diperlukan untuk menjaga agar tubuh tetap fit dan kadar stress terjaga. Dalam bukunya, Svebak dan Apter membagikan bahwa tubuh yang sehat menjaga kadar hormonstress, yaitu kortisol dan adrenalin, agar tetap stabil.
Ketika kebutuhan tubuh akan istirahat dan nutrisi terpenuhi, maka kinerja otak terjaga sehingga individu mampu dengan baik mengevaluasi masalah yang dihadapi dan menemukan solusi, emosi individu juga akan cenderung lebih stabil sehingga individu dapat berpikir jernih dalam bertingkah laku serta pengambilan keputusan. Olahraga menjaga metabolisme tubuh dan meningkatkan imunitas sehingga individu tidak rentan terhadap sakit penyakit yang tidak hanya merupakan salah satu dari pemicu stress namun juga menghalangi kemampuan resilensi individu untuk bekerja dengan baik.
Referensi
Hyman, C. (2002). Richard Lazarus : UC Berkley Psychology Faculty Member and Influential Researcher. Retrieved September 16, 2016 from