Bulan Oktober dikenal sebagai bulan yang istimewa, terutama bagi perempuan di seluruh dunia, karena Breast Cancer Awareness Month atau Bulan Kesadaran Kanker Payudara ramai disuarakan. Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian terhadap kesehatan payudara. Cinta diri atau self-love sejatinya dimulai dari merawat tubuh kita sendiri, termasuk dengan mendeteksi tanda-tanda kanker payudara sejak dini. Inilah esensi dari #PinkOctober ---bukan hanya soal warna dan pita, tetapi tentang tindakan nyata mencintai diri sendiri.
Menurut WHO, kanker payudara adalah penyakit di mana sel-sel abnormal di payudara tumbuh tak terkendali dan membentuk tumor. Jika tidak segera ditangani, tumor ini bisa menyebar ke seluruh tubuh dan berakibat fatal. Pada tahap awal (in situ), kanker ini tidak mengancam jiwa dan dapat dideteksi lebih dini. Namun, jika sel kanker menyebar ke jaringan sekitar (invasif), dapat menyebabkan tumor yang menciptakan benjolan atau penebalan. Kanker payudara terjadi di seluruh dunia pada wanita dari berbagai usia, terutama setelah pubertas, dan risikonya meningkat seiring bertambahnya usia. Faktor risiko utama kanker payudara adalah jenis kelamin perempuan, di mana 99% kasus terjadi pada wanita dan hanya 0,5--1% terjadi pada pria. Risiko kanker ini juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti usia, obesitas, konsumsi alkohol berlebihan, riwayat keluarga dengan kanker payudara, paparan radiasi, faktor reproduksi, penggunaan tembakau, dan terapi hormon pasca menopause. Menariknya, sekitar setengah dari kasus kanker payudara terjadi pada wanita yang tidak memiliki faktor risiko jelas selain jenis kelamin dan usia di atas 40 tahun.
Di Indonesia, kanker payudara terus menjadi masalah kesehatan yang signifikan. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI dan laporan Global Cancer Observatory (GLOBOCAN), kanker payudara merupakan jenis kanker paling umum yang dialami perempuan, dengan 65.858 kasus baru tercatat pada tahun 2020, atau sekitar 16,6% dari seluruh kasus kanker di Indonesia. Tidak hanya itu, kanker payudara juga menjadi penyebab kematian tertinggi akibat kanker di kalangan perempuan, dengan 22.430 kematian tercatat pada tahun yang sama.
Tingginya tingkat mortalitas ini sebagian besar dipengaruhi oleh keterlambatan diagnosis serta akses yang terbatas terhadap fasilitas deteksi dini. Tingkat kesembuhan kanker payudara sangat bergantung pada stadium saat diagnosis dilakukan. Jika kanker terdeteksi pada stadium awal, tingkat kesembuhannya bisa mencapai 90%. Namun, di Indonesia, banyak kasus baru terdeteksi pada stadium lanjut, dengan tingkat kesembuhan yang jauh lebih rendah, yaitu sekitar 50-60%.
Cinta diri sejati adalah tentang memperhatikan setiap aspek dari dirimu, termasuk kesehatan tubuhmu. Kita bisa mulai dari melakukan Sadari atau "Pemeriksaan Payudara Sendiri", merujuk pada praktik pemeriksaan payudara mandiri (Breast Self-Examination atau BSE) yang dilakukan oleh wanita untuk mendeteksi tanda-tanda awal kanker payudara. Dengan rutin melakukan Sadari setiap bulan, kamu tidak hanya mempraktikkan cinta diri, tetapi juga menjaga tubuh dan organ-organnya tetap sehat. Hal ini merupakan bentuk nyata darimu untuk lebih mencintai diri sendiri dengan menunjukkan rasa hormat, serta kasih sayang kepada tubuh kita.
Melakukan deteksi dini dan merawat tubuh kita, termasuk mengenali adanya perubahan atau tanda-tanda yang mungkin mengarah pada kanker payudara, adalah bukti nyata cinta kita pada diri sendiri.
Bagaimana Cara Melakukan Sadari?
Melakukan Sadari sebenarnya sangat mudah, dan bisa dilakukan di rumah dalam beberapa menit saja. Berikut langkah-langkah sederhana yang bisa kamu lakukan:
Gunakan Cermin: Berdirilah di depan cermin dan perhatikan bentuk serta ukuran payudaramu. Lihat apakah ada perubahan yang tidak biasa seperti benjolan, kulit berkerut, atau perubahan pada puting.
Perabaan: Dengan menggunakan tangan yang berlawanan, raba seluruh area payudaramu, mulai dari bagian atas hingga ke bawah payudara, termasuk area ketiak.