Lihat ke Halaman Asli

Benda Kecil Nandia

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Nandiaaaaaaaaa” suara Mama menggelegar dari kamarnya. Nandia segera berlari ke arah kebun dan bersembunyi dibalik kursi taman. Terdengar suara langkah kaki Mama keluar rumah menuju kursi taman. “Sudah berapa kali Mama bilang, Nandia. Jangan bermain-main dengan barang-barang Mama apalagi alat make up Mama! Lihat ini lipstick dan eyeshadow Mama hancur lebur. Ini bukan mainan!!” Nandia hanya diam dan tertunduk.

Keesokan harinya, Nandia mengendap-endap ke kamar Mama nya. Ia membuka kotak putih mengkilap yang berisi berbagai macam peralatan make up dan memandang takjub pada semua barang yang tertata rapi didalamnya. Tiba-tiba ia teringat ucapan Mama kemarin sore, segera ia tutup kembali kotak cantik itu. Sesaat ia ragu, Nandia membuka kembali kotak itu dan mengambil sebuah lipstik hitam mengkilap dengan tutup berwarna emas, seperti tersihir oleh benda itu, Nandia mengambilnya dan berlari ke kamarnya setelah menutup kotak makeup tersebut.

Di kamarnya, tak hentinya Nandia mengagumi benda mungil di tangannya. Ia oleskan lipstik itu pada bibir dolly, boneka kesayangannya yang berambut pirang. “dolly, kamu cantik sekali seperti putri” Nandia sangat mengagumi warna merah yang teroles di bibir dolly. Nandia berlari ke cermin yang terpasang di pojok kamarnya, ia memandang wajahnya sendiri dan bergumam “aku juga ingin menjadi putri seperti dolly” lalu ia mengoleskan benda mungil itu ke bibir tipisnya.

Nandia membuka lemari dan mencari baju putri berwarna pink yang ia pakai ketika pawai sekolah, dengan segera ia mengenakannya. “Aku seperti putri dalam buku cerita yang selalu dibacakan oleh Mama, aku akan memiliki kuda poni dan tinggal dalam istana yang besar” gumam Nandia sambil menari berputar-putar.

Ketika malam tiba, Nandia terbangun dan mendapati dirinya masih mengenakan baju putri yang kurang nyaman untuk tidur. Ia segera berganti baju, dan turun ke ruang makan. Keadaan di luar gelap sekali, Nandia heran sekali mengapa Mama tidak membangunkannya padahal ini sudah hampir jam 8 malam. Dapur hanya diterangi oleh sebatang lilin, sehingga sesaat ia tidak menyadari keberadaan Mamanya yang memakai baju hitam panjang sedang mengaduk panci hitam. “Ma, mengapa lampunya tidak dinyalakan?” tanya Nandia. “Lampunya mati sayangku, duduklah di meja, sebentar lagi supnya matang” Mamanya menjawab dengan suara serak.

Nandia duduk menunggu Mamanya. Mama datang dengan semangkuk sup panas. “papa mana Ma? Mengapa dia tidak makan bersama kita?” tanya Nandia. “papa mu ada pertemuan di luar kota, mungkin beberapa minggu ini kita hanya akan makan berdua saja” jawab Mama singkat yang menyebabkan bulu kuduk Nandia sedikit berdiri. Nandia memandangi sup yang sedikit berbau aneh itu “ini apa Ma?” Mama hanya menyuruh Nandia untuk memakannya sebelum dingin. Sup itu memiliki rasa yang aneh, tapi karena bahan-bahannya telah diaduk sampai hancur, Nandia tidak dapat mengenali sup apakah itu, ia hanya meyuap kuahnya sampai habis.

Keesokan pagi nya, Nandia tidak menemukan Mamanya dimanapun, hanya ada steak daging yang berwarna hitam di meja. Nandia duduk dan menyantapnya, rasanya tidak seperti steak biasa, Nandia perlu membubuhkan sambal banyak-banyak untuk membuatnya dapat memakan steak itu sampai habis. Nandia hanya bertemu Mama di malam hari, makan pagi dan makan siang diletakkan di meja makan tanpa kehadiran sang Mama.

Suatu sore, Nandia membuka lemari es untuk mencari buah yang biasa selalu Mama siapkan di lemari es. Tetapi ia tidak menemukan apapun, hanya potongan-potongan daging berwarna aneh dalam wadah-wadah transparan dan berbotol-botol minuman berwarna merah. Nandia membuka botol tersebut, karena menyangka itu adalah jus yang Mama siapkan untuknya, tetapi tercium bau amis yang sangat menyengat dari cairan merah itu. Nandia berlari ke kamarnya dengan gemetaran karena baunya menyerupai bau darah. Ketika malam tiba, Nandia tidak berani untuk turun. Nandia tau ada yang tidak sama dengan Mama, Nandia menyadari bahwa ia tidak pernah melihat wajah sang Mama karena rambut ikal Mama sekarang tidak pernah disisir rapi ke belakang seperti biasa. Baju yang dipakai pun selalu baju hitam panjang yang sama. Nandia gemetar hebat mengingat semua itu, sampai tiba-tiba terdengar bunyi ketukan di pintu kamarnya. “Nandia, ayo makan malam, Mama sudah menyiapkan sup”. “Tidak Ma, aku sedang tidak lapar, aku mau tidur saja” sahut Nandia dengan bibir gemetar. Setelah terdengar bunyi langkah menjauh, Nandia kembali terduduk di tempat tidurnya dan menangis karena menyadari bahwa itu bukan Mamanya, ia bertanya-tanya kemana Mama aslinya pergi. Nandia memeluk dolly erat-erat, dolly adalah boneka pemberian ayahnya ketika ia ulang taun, ayahnya selalu berpesan untuk menjaga dolly baik-baik, dan sebagai balasannya dolly pun akan menjaga Nandia. Nandia memandang dolly lekat-lekat, “dolly apa yang sedang terjadi? Kemana mama dan papa?” Nandia bertanya sambil menangis. Ketika matanya basah oleh air mata, samar-samar Nandia melihat mata dolly berkedip. Segera nandia menghapus air matanya, dolly pun berkedip lagi. Nandia berteriak,”dolly kau berkedip? Dolly?” tiba-tiba dolly pun mengatupkan bibirnya “Dolly? Dolly?” Nandia mengguncang boneka itu. Tiba-tiba mulut mungil dolly mengeluarkan suara “pelan-pelan Nandia”. Nandia tercengang mendengar dolly berbicara, sekaligus senang sekali “Dolly,dolly kau bisa mendengarku?bisa berbicara denganku?ohh dolly sungguh aku senang sekali” Nandia tak berhenti memeluk dolly. “Nandia, kau harus mendengarkan aku, ini mengenai Mama Papa mu” sahut dolly. Nandia pun berhenti berbicara, dan mulai menyimak. “Sebelum aku lanjutkan, kamu harus menyimpan sapu lidi di depan tangga terakhir” Nandia segera melakukannya dan kembali ke tempat tidur setelah mengunci pintu kamar. Dolly kembali berbicara “aku akan menceritakan sebuah kisah. Dahulu kala hiduplah seorang anak yang terlahir dari pernikahan keturunan penyihir hitam dan penyihir putih. Anak tersebut masih memiliki kemungkinan untuk berubah menjadi hitam jika tidak dilakukan suatu prosesi penghalauan, akan tetapi setelah dilakukan prosesi tersebut anak tersebut akan kehilangan kemampuannya sebagai penyihir dan tumbuh menjadi manusia biasa. Akan tetapi suatu waktu ia dapat kembali menjadi penyihir, yaitu penyihir hitam jika ia tidak memiliki benda penghalau yang telah diberi ramuan mantra.” Nandia memotong cerita itu dengan pertanyaan “lalu mengapa kau suruh aku menaruh sapulidi?”, dolly kembali menjawab “penyihir hitam tidak menyukai sapu lidi, hal itu mencegah penyihir hitam naik keatas sini. Aku lanjutkan kembali ceritanya, anak kecil itu telah tumbuh menjadi gadis yang cantik dan menikah dengan manusia biasa. Akan tetapi ketika ia dewasa, ia tetap harus memiliki benda penghalau itu, apabila benda itu berpindah tempat maka gadis tersebut berangsur-angsur akan kembali menjadi penyihir hitam.” Dolly pun menatap Nandia. “apakah gadis tersebut adalah Mama?” tanya Nandia. Dolly mengangguk, “betul, saat ini ia kehilangan benda keramat itu, berangsur—angsur ia akan berubah menjadi penyihir hitam”. Nandia yang kebingungan kembali bertanya “lalu kemana papa?mengapa papa pergi tanpa aku?” dolly pun menjawab “Papa mu tidak bisa tinggal disini, bahkan untuk memasuki gerbang rumah ini saja tidak bisa. Papa mu hanya manusia biasa, aura hitam telah menyelimuti rumah ini. Jika kamu melihat keluar sana maka kamu akan melihat papamu setiap hari berdiri di depan gerbang tanpa bisa berbuat apa-apa”. Nandia terkejut dengan semua kenyataan itu, “Lalu mengapa aku bisa berada di dalam sini?” dolly dengan cepat menjawab “karena kamu masih memiliki darahnya, dan Mama mu menyadari itu. Ia berencana untuk mengubahmu juga menjadi penyihir hitam dengan makanan-makanan resep hitam yang ia sajikan”. Dengan perut mual nandia bertanya “apakah makanan itu berisikan ramuan yang terdiri dari darah dan daging-daging aneh yang aku temukan di lemari es?”. Dolly mengangguk “tepatnya daging tikus dan kelelawar”. Nandia mual sekali dan memuntahkan isi perutnya di kamar mandi.

Setelah Nandia dapat mengendalikan perasaannya,ia kembali bertanya “lalu apa yang harus aku lakukan? Apakah mungkin mama akan kembali seperti dulu?” dolly menjawab “Nandia-ku, kamu harus menemukan dan mengembalikan benda keramat itu ke tempatnya sebelum 30 hari, karena jika lebih dari 30 hari mama kamu tidak akan pernah kembali menjadi manusia”. Nandia pun bingung, “tapi, kemana aku harus mencari benda itu, dan bagaimana bentuknya aku pun tidak tau”. Dolly menggeleng “aku pun tidak tau Nandia, kamu coba ingat-ingat, benda-benda apa saja yang tidak berada di tempatnya dan coba kembalikan ke tempatnya berada”. Nandia bertanya kembali kepada dolly “Tapi bagaimana dengan mama yang sekarang, bagaimana kalau beliau menyakitiku? Dan apakah papa tau benda apakah itu?” dolly kembali menggeleng “tidak akan Nandia, mama mu tidak akan pernah menyakitimu jika kamu bertingkah wajar,  ia hanya ingin mengubahmu menjadi penyihir hitam yang sama dengannya, dan satu lagi jangan pernah memakan apa yang ia siapkan tetapi berlakulah seolah-olah kamu memakannya, jangan membuatnya curiga. Sedangkan papamu, ia tidak mengetahui benda yang dimaksud karena benda itu tidak boleh dibicarakan kepada siapapun,” Nandia sedikit bingung dengan maksud tidak boleh dibicarakan, lalu dolly kembali menjelaskan, “jika suatu saat kamu mengetahui benda apakah itu, kamu tidak boleh mengatakan kepada siapapun mengenai bentuknya maupun keberadaannya, jika itu terjadi maka benda itu akan kehilangan kemampuannya dan Mamamu tidak akan pernah menjadi manusia lagi”.

Nandia sekarang mengerti mengapa rumahnya menjadi temaram tanpa pernah ada lampu, mengapa Mama lebih pendiam dari biasanya, dan selalu mengunci diri  di ruang bawah tanah ataupun dalam kamar ketika siang hari. Tetapi ada satu hal yang masih tidak ia mengerti dan ingin tanyakan kembali pada dolly “dolly, mengapa kamu bisa bicara?” dolly pun menjawab, “aku dibuat oleh kakek mu, ayah dari mama mu. untuk menjaga keturunannya agar tidak kembali menjadi penyihir jahat, aku hanya bertugas mengingatkan kembali cerita ini agar keturunannya selamat dan tidak menjadi penyihir hitam”

Keesokan hari nya Nandia memulai pembersihan rumah, ia menyimpan kembali barang-barang di tempatnya semula. Berhari-hari ia lakukan itu, mencari barang yang tidak berada di tempatnya dan mengembalikannya di tempat seharusnya berada tetapi Mama tetap tidak berubah, bahkan suaranya bertambah serak. Setiap hari Nandia menyiapkan plastik untuk membuang makanannya, ia memakan buah apel dari kebun untuk mengisi perutnya. Ketika malam tiba, Mama bertanya mengapa Nandia selalu membersihkan rumah, nandia mengatakan bahwa ia melakukan itu agar rumahnya tidak kotor, karena jika lampu mati dan rumah kotor akan mengundang binatang-binatang tak diundang untuk bersarang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline