Matematika dari bahasa Yunani: mathma, yang artinya pengetahuan, pemikiran, pembelajaran. Dalam artian matematika adalah ilmu yang mempelajari hal-hal seperti besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Sedangkan definisi matematika menurut banyak orang adalah berhitung, angka, rumus dan mengerjakan soal-soal. Karena Matematika bukan ilmu yang pasti, maka matematika itu adalah bagaimana kita mengamankan kepastian.
Matematika adalah pelajaran yang sangat ditakuti oleh siswa, namun sebenarnya itu penting dalam kehidupan sehari-hari yang tanpa kita sadari sering dijumpai dimanapun kita berada. Tapi, karena terlalu banyak siswa yang dengan berbagai macam alasan ataupun yang sudah menganggap bahwa matematika itu sulit, maka enggan untuk mempelajarinya. Namun, dengan adanya kemajuan teknologi di era digital sekarang ini justru membuat banyak anak tertarik dengan pelajaran yang sering berhubungan dengan rumus dan angka-angka ini. Sebab, Penggunaan media pembelajaran berbasis digital yang dibuat semenarik mungkin sehingga bisa meningkatkan motivasi dan minat siswa untuk belajar. Pakar matematika dari Universitas Negeri Utah di Amerika Serikat, Profesor Patricia S. Moyer Packenham, mengatakan bahwasanya teknologi itu terbukti dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar matematika.
Dengan adanya kemajuan teknologi di era digital sekarang ini, siswa tentunya tidak asing lagi dengan yang namanya teknologi. Banyak aplikasi yang dapat membantu siswa memahami konsep-konsep matematika, rumus-rumus matematika dan lainnya yang berhubungan dengan matematika. Beberapa contoh aplikasi yang ada saat ini itu seperti kalkulator sains, animasi, maupun youtube. Dimana YouTube itu dapat digunakan oleh siswa untuk mengeksplorasi tentang berbagai ide matematika. Seperti halnya para YouTubers matematika yang turut mempengaruhi minat siswa dalam belajar matematika. Kemudian ada animasi yang dapat memudahkan siswa dalam memvisualisasikan konsep-konsep yang ada dalam matematika. Begitu juga teknologi lainnya, seperti Augmented Reality atau AR itu juga bisa digunakan untuk membantu siswa dalam belajar matematika. Namun, dengan adanya kemajuan teknologi sekarang ini, tentunya kita juga tidak boleh lupa dengan tugas seorang guru. Karena baik guru maupun siswa itu masih sama-sama saling belajar. Ketika siswa lebih menguasai teknologi, maka guru bertugas mendampingi siswa tersebut dalam menerapkan konsep matematika dan juga agar semangat untuk mempelajari matematika.
Dalam suatu seminar, Dr. Herry Agus Susanto menyampaikan bahwasanya belajar matematika itu tidak hanya sebatas tentang rumus-rumus dan menghitung saja, tetapi pembelajaran matematika itu akan lebih efektif dan efisien jika dapat dilakukan dengan melibatkan aktifitas dan kreatifitas. Perkembangan teknologi saat ini, sangat terkait erat dengan hakekat matematika yang menuntut untuk berpikir logis, sistematis dan terstruktur. Dari sinilah peran matematika di semua bidang termasuk ekonomi dan sosial itu muncul. Dalam belajar matematika yang terpenting adalah bagaimana agar kita dapat belajar matematika secara bermakna dan tidak harus berpikir manfaatnya dalam kehidupan, karena matematika secara tidak langsung telah berperan di dalamnya walau tanpa kita sadari.
Pada dasarnya, informasi tentang bagaimana rumus itu didapatkan menjadi sangat penting bagi siswa, sehingga matematika tidak dianggap hanya semata-mata untuk menerapkan rumus saja. Selain itu, matematika juga bukan hanya sekedar kemampuan berhitung, namun juga identifikasi masalah, mencari solusi dan menginterprestasikan masalah sebenarnya termasuk matematika. Kalau dilihat, memang banyak pembelajaran yang masih menekankan pada kemampuan berhitung saja, itu memang bagian dari matematika, tetapi bukan tujuan utama. Karena sebenarnya, perhitungan itu harusnya hanya dijadikan supaya siswa itu mengetahui, "kok bisa seperti ini apa alasannya". Oleh karena itu, guru harus meningkatkan kreativitas siswa agar menjadikan proses pembelajaran matematika menjadi bermakna. Sehingga siswa bisa memahami kebermanfaatan dari materi tersebut baik untuk kehidupan sehari-hari maupun keterkaitan dengan mata pelajaran lain.
Seringkali matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang hanya memerlukan kemampuan berhitung. Namun sejatinya, matematika lebih dari sekedar berhitung karena juga melibatkan nalar manusia untuk berfikir. Makanya diperlukan pengenalan topik seperti problem solving, alasan dibalik temuan, komunikasi, hubungan, dan representasi. Sehingga, matematika tidak dianggap sebagai pelajaran hitung-hitungan yang menyulitkan saja. Matematika itu seharusnya dapat dikemas menjadi hal yang menyenangkan bukan menakutkan. Oleh karena itu, perlu disisipkannya suatu permainan dalam pembelajaran atau bisa juga diubah ke dalam sesuatu yang lebih menarik. Jadi, penyadaran akan matematika itu bukan dengan memaksa anak itu untuk belajar matematika, tetapi justru mendorong orangtua, sekolah, dan masyarakat untuk memberikan lingkungan yang kondusif sehingga anak-anak bisa bermatematika dengan menyenangkan dan bermakna.
Belajar matematika itu jangan hanya menghafal rumus saja, karena dia bukan mesin penghasil jawaban. Beberapa siswa mungkin berpikir bahwa untuk menyelesaikan suatu soal matematika adalah dengan secara langsung menggunakan rumus tertentu yang sudah diketahui sebelumnya. Sehingga, setiap mendapat soal matematika yang terpikirkan adalah rumus. Memang benar, terkadang ada beberapa soal matematika itu bisa diselesaikan hanya satu rumus bahkan ada juga yang tidak menggunakan rumus. Namun, tanpa kita sadari tidak semua soal matematika itu dapat diselesaikan dengan hanya satu cara tetapi bisa dengan banyak cara. Seperti halnya ada yang namanya rumus cepat yang metode penyelesaian soal matematika bisa dengan sangat cepat dan singkat tidak perlu panjang lebar. Metode rumus cepat ini lebih menitikberatkan kepada hapalan daripada pemahaman. Tetapi kebiasaan menggunakan rumus cepat dalam menyelesaikan soal akan mengakibatkan ketergantungan yang berefek pada sikap cuek terhadap proses formal. Tidak semua soal juga bisa diselesaikan dengan satu rumus cepat. Jika tidak paham proses formalnya, penggunaan rumus cepat bisa keliru yang nantinya akan berakibat jawaban yang dihasilkan menjadi salah.
Setiap anak itu sebenarnya memiliki kesempatan untuk bisa mahir ber-matematika. Namun kenyataannya, masih banyak anak yang masih kesulitan bermatematika. Matematika bukan hanya sebatas hafalan sebab hafalan hanyalah salah satu dari banyak aspek matematika yang perlu dipelajari. Matematika itu lebih dari sekadar rumus-rumus meskipun kita tahu bahwa ada banyak rumus dalam matematika. Bukan berarti dengan menghafal rumus sebanyak-banyaknya maka anak itu akan mahir ber-matematika. Karena hal yang lebih penting dipahami adalah bagaimana rumus-rumus itu diperoleh yang hanya bisa didapatkan melalui penguasaan konsep. Menghafal rumus pun akan kurang berarti apabila siswa itu tidak tahu kapan harus memakai rumus itu. Matematika termasuk sebuah bahasa yang disepakati, dan dipelajari untuk menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan manusia yang dipelajari melalui pengalaman sehari-hari siswa.
Terkadang, kita hanya menganggap bahwa kalau kita mempelajari matematika berarti kita nantinya hanya terikat tentang bahasa angka, persamaan, perhitungan. Namun sebenarnya anggapan tersebut itu salah. Karena bukan hanya berhitung saja, matematika juga tentang bahasa pemahaman yang digunakan untuk memahami dan memecahkan masalah. Selain itu juga tentang mengasah skill komunikasi dan kerja sama tim, membiasakan karakter untuk menghargai pendapat, dan juga melatih untuk belajar mandiri. Neil deGrasse Tyson, seorang astrofisikawan Amerika Serikat menyebutkan bahwasanya, "Math is the language of the universe" yang artinya "Matematika adalah bahasa alam semesta". Namun jika kita lihat secara garis besarnya saja tentu kita hampir tidak akan bisa melihat bagian apa yang terdapat pada Matematika yang merupakan bahasa alam semesta tersebut. Tapi coba kita perdalam sedikit pemahaman tersebut melalui perbandingan berbagai bahasa dengan contoh yang sederhana. Misalnya, "Two" merupakan bahasa Inggris dan "Dua" merupakan bahasa Indonesia. Kemudian "2", adalah bahasa Matematika. Nah, dari situ kita dapat menyimpulkan bahwa Matematika itu memiliki kaitan dengan ilmu bahasa. Kemudian, apa sih yang membuat Matematika itu menjadi bahasa alam semesta? Banyak sekali penjelasan-penjelasan di internet yang dapat kita ketahui jawabannya. Namun karena menggunakan istilah-istilah sains dan teori pembentukan alam semesta, maka kita jadi kesulitan untuk memahaminya. Dunia ini dipenuhi oleh orang-orang dengan latar belakang, suku, budaya, bahasa yang berbeda-beda. Ketika kita bisa melihat penderitaan seseorang, meskipun orang yang mengalaminya adalah orang yang kita tidak kenal dari sabang sampai merauke bahkan sampai ke luar negeri, kita tidak perlu memahami bahasa apa yang mereka gunakan.
Oleh karena itu, untuk anak yang tidak menyukai ilmu matematika jangan dibiarkan memberikan tantangan dengan ilmu matematika. Sebab nantinya akan menyebabkan rasa percaya bahwa mereka itu tidak pandai dalam matematika. Ya, matematika mungkin sulit, kadang-kadang juga rumit, tetapi jika kita mau menerima asumsi bahwa seolah-olah matematika itu adalah sebuah kenyataan, berarti kita tidak mau memberi kesempatan untuk diri kita mengatasi tantangan yang ada. Dalam hal ini, guru harus selalu ada untuk membantu menyemangati siswa agar tidak takut untuk bertanya, mengambil pertanyaan, atau meminta bantuan. Tantangan bisa menjadi situasi yang sangat baik karena mengarah pada kerja keras yang buruk. Kerja keras akan menghasilkan semangat dan semangat biasanya selalu mengarah pada kesuksesan. Dan yang perlu dipahami dalam hal ini, matematika itu bukan hanya sekedar rumus, berhitung, atupun angka-angka saja. Melainkan matematika juga merupakan pemahaman bahasa, melatih skill, pemahaman untuk berpikir kritis, logis, dan belajar mandiri dalam memecahkan soal. Karena memang matematika itu nyata ada dalam kehidupan kita tanpa kita sadari. Semoga dengan adanya pemahaman terkait hal ini menjadikan kita semua lebih mengerti dan harapannya tidak lagi beranggapan bahwa matematika hanya sekedar rumus, berhitung, dan angka saja.
Mata Kuliah : Pembelajaran Matematika Kontemporer