Lihat ke Halaman Asli

Menyatukan Cinta Ilahi

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1389594116456878364

Menyatukan Cinta Ilahi

Manusia  akan sampai pada masa bahwa kehidupan ini mau dibawa kemana. Mau menikah atau tidak. Seandainya “ya” mau menikah; sudahkah siap segala sesuatunya?. Seandainya “tidak” masih ada pilihan lagi : Jadi Pastur atau awam religius yang fokus pada social kemanusiaan. Ya, andaikan moment tersebut  saat ini sedang kita rasakan yang mana mau kita pilih? Semuanya tentu baik untuk kehidupan kita. Namun penting untuk direnungkan arah mana panggilan hidup kita.  Menikah tak ubahnya seperti saling memberi. Kata “saling” berarti kedua belah pihak tidak ada lagi batas maupun sekat, semua menjadi “satu” tidak lagi “dua”. Semua ini tumbuh didasari rasa iklas dan tulus.

Makna Cinta  dan Janji

Ya kesadaran, karena menikah bukan sebuah pelarian, bukan pula sebuah belenggu, justru menikah adalah sebuah tanda kehadiran Allah di dalam kehidupan kita. Karena tanda kehadiran Allah, maka di dalamnya ada kasih dan cinta. Jadi sebuah ucapan janji pernikahan yang sering didengar bukanlah sebuah SOP (standar operational procedure) yang sewajibnya harus terucap. Bukan kalimat liturgis yang tertulis di buku panduan, namun kalimat yang terucap saat janji pernikahan adalah janji untuk menghadirkan Allah didalam setiap dinamika kehidupan pernikahan. Kita bukan saja janji pada pasangan kita saja, melainkan janji pada Allah karena apa yang sudah dipersatukan olehNya tidak boleh diceraikan oleh manusia. Untuk itu mengapa orang menikah selalu memunyai harapan “kebahagiaan”.

Maka dari itu, dalam setiap ucapan selamat dari orang tua, teman dan saudara yang lain muncul sederetan kalimat yaitu “Selamat ya semoga berbahagia” atau bagi saudara muslim “ selamat ya semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah”. Semua ucapan ini adalah sebuah doa. Dimana intinya sebenarnya adalah sama. Yaitu sebuah ungkapan ikut senang dan berbahagia atas segala pencapaian selama ini dari masa berpacaran sampai keputusan untuk mengucapkan janji pernikahan. Janji, doa dan segala ucapan selamat memperjelas sebuah symbol atau pun tanda bahwa setiap pernikahan dan kemudian membangun sebuah keluarga tidak bisa diepaskan dari peran Allah. Allah adalah cinta, jadi dua insan yang memutuskan menikah tidak mungkin tidak meniadakan Allah dalam seluruh perjalanan sebuah keluarga.

Melalui sebuah tulisan ini saya hendak menyampaikan ucapan “selamat menembuh kehidupan yang penuh makna dan kebahagiaan”. Dan tulisan ini saya akhiri dengan sebuah kutipan dari penyair Kahlil Gibran :   “Aku mencintaimu. Kau adalah khayalan yang indah, cita-cita yang sulit digapai tangan, dan kau seperti nada-nada lagu dalam mimpiku. Jiwaku tidak mendamba perpisahan sebab engkau adalah bagian dari diriku, mataku tak pernah jenuh memandangmu, sebab engkau adalah cahaya bagiku. Aku menemukan bahwa cinta kita sedalam samudera dan setinggi bintang dan seluas langit. Keindahan cinta bukanlah mulut yang dahaga atau tangan yang terikat tetapi hati yang menyala dan jiwa yang menyihir. Cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia karena cinta adalah gairah yang tidak dapat dihalangi oleh hukum manusia dan fenomena alam. Cinta bagaikan sebuah arak untuk sebuah wahyu yang diperas anggurnya tapi bukan untuk mabuk. Kebahagiaan dunia itu hanyalah bayang-bayang yang selalu diharapkan menjadi kenyataan. Tapi bila ia muncul, maka manusia akan segera bosan……..”




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline