Yuk, ulas tentang knowledge dan skill
Dalam definisi kompetensi, diuraikan mengenai dua kemampuan yaitu knowledge dan skill. Kadang dua hal ini diartikan sama. Sehingga sering menimbulkan salah interpretasi. Lalu apa yang membedakan keduanya? Arti harafiahnya knowledge sama dengan pengetahuan, sedangkan skill sama dengan keahlian. Tetapi kita tentu tidak berhenti hanya pada arti tersebut bukan? Maka untuk mengulas lebih dalam, kita coba uraikan definisinya.
[caption id="attachment_300841" align="aligncenter" width="300" caption="riansyahefram-poenyaku.blogspot.com"][/caption]
Knowledge diartikan sebagai kemampuan dari seseorang untuk mengenali, mengetahui dan memahami menurut sudut pandang persepsinya. (dr berbagai sumber) Pengetahuan dapat diperoleh melalui aktifitas kita yaitu membaca, berinteraksi dalam pergaulan, mengakses internet, melalui pekerjaan, dsbnya. So, setelah “tahu” lalu apa? Apakah seseorang yang memunyai knowledge bisa dikatakan memiliki skill juga? Belum tentu, karena antara knowledge dan skill jelas berbeda jadi tidak bisa dikatakan bahwa seseorang yang memunyai knowledge diikuti pula dengan skill. Karena sebelum knowledge diuji dan dibuktikan melalui action, maka tidak serta merta seseorang tersebut memunyai skill. Lalu bagaimana apabila seseorang yang sudah memunyai knowledge bisa memunyai skill?
[caption id="attachment_300842" align="aligncenter" width="300" caption="bisnisku.com"]
[/caption]
Arti dari skill itu sendiri adalah kemampuan dari seseorang untuk melakukan sesuatu yang lebih spesifik, focus dan dinamis, namun membutuhkan waktu untuk memelajarinya, sehingga pada akhirnya bisa dibuktikan. (dr berbagai sumber). Mengapa membutuhkan waktu lama? Spesifik menjadikan seseorang melatih diri terus menerus dalam mencapai kemampuan dalam skill. Itupun diharuskan setiap orang memunyai attitude yang baik, yaitu mental kuat, kemauan, waktu dan semangat memotivasi diri.
[caption id="attachment_300843" align="aligncenter" width="300" caption="ridwanloekita.wordpress.com"]
[/caption]
Knowledge dan skill di dunia kerja
Idealnya knowledge dan skill sebaiknya dimiliki oleh setiap SDM dalam bidang apapun. Walaupun faktanya, saya melihat justru knowlegelah yang lebih menonjol. Padahal dalam banyak aktifitas, skill juga tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Bahkan, skill sangat-sangat dibutuhkan dalam dunia kerja, secara spesifik yaitu jenis pekerjaan yang membutuhkan skill. Salah satunya adalah kemampuan bagaimana cara berpikir. Dari yang tadinya “tahu” menjadi “bisa”. Ambil contoh, dalam ilmu keguruan, setiap orang memahami apa yang terkandung dalam ilmu tersebut. Namun apakah orang tersebut pada akhirnya memunyai kemampuan dalam mengajar dan mendidik. Nah, jadi dalam konteks ini istilah-istilah dalam keguruan tidak serta merta membuat orang tersebut mampu mengajar bahkan mendidik. Bisa dikatakan memiliki skill, jika seseorang tersebut sudah bisa mengimplementasikan ilmu-ilmu keguruan atau mampu menterjemahkan secara konkret dalam mengajar dan mendidik sebagai cara mengembangkan peserta didik. Karena bagi saya, tak mudah mentransfer mata pelajaran ke peserta didik, kecuali hanya sebatas menyampaikan secara verbal tanpa diikuti praktek nyata atau strategi/teknik mengajar yang membuat peserta didik juga bisa memiliki skill. Sederhananya skill dalam konteks ini membuat peserta didik bisa berkembang dan pada akhirnya peserta didik belajar bagaimana cara berpikir. Atau tidak semua guru bisa mengajar atau mendidik.
Lebih detailnya skill mengajar dan mendidik adalah kemampuan dalam berkomunikasi, approach (pendekatan), mentransfer mata pelajaran dengan cara-cara mudah, kemampuan memotivasi, kemampuan teknik mengajar yang khas dan fun, care, memosisikan diri sebagai teladan hidup bagi peserta didik. Maka dari itu uraian diatas menyimpulkan mengapa skill membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dikuasai.
Pada prinsipnya, menguasai knowledge dan skill sama pentingnya. Saya berpendapat demikian karena, penguasaan keduanya di era sekarang tak lagi bisa diabaikan. Apalagi tantangan dunia kerja yang beragam dan bersaing. Dengan demikian menjadi tidak asal-asalan dalam merekrut orang pada posisi posisi tertentu. Perubahan atau change lah yang menuntut mengapa knowledge dan skill harus dikuasai. Jadi kapan lagi akan menguasai keduanya kalau tidak dimulai dari sekarang.