Lihat ke Halaman Asli

Ste Vocal

Vocalkan suaramu

Gelas yang Pecah

Diperbarui: 15 Juli 2020   00:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Gelasku pecah hari ini.
Dan aku teringat sesuatu karena itu.

Kagetnya mengingatkanku akan kagetnya aku di saat-saat terpuruk. Saat-saat di mana semua terasa hancur berantakan. Saat di mana semua yang kuperjuangkan begitu keras hancur terlepas.

Semua yang kugenggam erat dipaksa terlepas.

Persis seperti gelas itu.

Benar-benar hancur berkeping-keping. Tak ada bagian yang utuh. Semua yang kuperjuangkan selama itu terasa tak ada artinya, tak ada gunanya.

Tak ada kata yang benar-benar tepat menggambarkannya. Aku begitu hancur terpukul.

Butuh berpuluh-puluh hari untukku cukup pulih dari keadaan itu. Beratus-ratus hari untukku mulai membaik. Sadar, bahwa hidup terus berjalan. Dan aku harus mulai berjalan tanpa memandang bayang-bayang. Meskipun itu bayanganku sendiri.

Akhirnya aku menyadari sesuatu.
Kesadaran yang sama ketika pecahnya gelas itu.

Waktu itu, aku termenung beberapa lama.

Kaget, gelas di rumahku satu-satunya hancur menjadi serpihan beling.

Aku memungutnya satu per satu. Perlahan-lahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline