Lihat ke Halaman Asli

Ste Vocal

Vocalkan suaramu

Nulis, Gak Ada Duitnya!

Diperbarui: 13 Maret 2020   22:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada beberapa teman saya yang bertanya tentang beberapa bagian hidup orang yang berprofesi sebagai penulis. Kegiatannya sehari-harinya, apakah menulis sepanjang hari. Profesi yang dijalaninya, apakah benar-benar sepenuhnya menjadi penulis atau mempunyai profesi lain. Suka duka jadi penulis. 

Prinsip seorang penulis dalam menulis, apakah straight berdasar prinsip-prinsip yang diyakini atau mengejar job dan money oriented. Sampai masuk ke ranah privasi, berapa sih yang didapat penulis berdasar hasil karyanya. Entah per artikel, per job atau per buku. 

Profesi menjadi seorang penulis memang diakui masuk dalam daftar profesi keren sampai saat ini. Meskipun pamornya sedikit kalah dibanding Youtuber, Selebgram atau Influencer. 

Orang yang berprofesi sebagai penulis mempunyai daya tarik tersendiri yang menjadikannya keren. Tampak sedikit misterius namun intelektual dan dapat nyambung dalam obrolan apa pun. Mulai dari bahasan sandal jepit, humor receh, sarkastik sampai politik. Sebagian penulis pun dinilai lebih bijak dan perspektif terhadap memahami suatu masalah, open-minded dalam pendapat dan kritis dalam kehidupan sehari-hari. 

Alhasil, banyak yang tertarik untuk menggeluti dunia kuli tinta ini. Pandangan awam, jadi penulis itu enak. Tinggal coret-coret, dapat duit. Nyari inspirasi sambil cuci mata, dapat ide, jadi duit. Bisa jadi terkenal, punya fans banyak atau dapat tawaran untuk ngiklan lewat artikel. Kerjanya santai, bisa sewaktu-waktu dikerjakan di mana pun dan kapan pun. Kaya dari buat buku. Dapat royalti sewaktu-waktu seumur hidup. Waow!

Tapi apakah benar memang begitu?

Benar, tapi dalam realitanya hanyalah segelintir yang bisa begitu dari total semua penulis yang ada. Royalti buku, tidak ada separuh dari harga buku. Seperempatnya saja masih kurang. Pas dan akuratnya, 10% dari setiap buku yang terjual. Itu pun masih dipotong pajak penghasilan 15%.

Nah, untuk yang menulis artikel di platform atau sebagai freelancer bagaimana? 

Biasanya kisaran rate artikel ini bermacam-macam. Tergantung dari ketenaran dan jam terbang penulis serta banyaknya peminat untuk topik artikel tersebut. 

Kalau untuk kisarannya, dapat diestimasi secara logis. Jika pendapatan penulis adalah 10% dari menulis buku, untuk rate per artikelnya dapat dipikirkan secara mandiri oleh pribadi yang penasaran. Meskipun ini tidak berlaku saklek untuk semua penulis. Tergantung dari variabel yang saya sampaikan sebelumnya. 

Suka duka menjadi penulis seperti mengecap bumbu asam manis. Dukanya ketika merevisi tulisan yang kadang serumit revisi skripsi, dikejar deadline dan mampet ide saat pena dan kertas sudah di genggaman tapi gak bisa nulis sama sekali. Satu kalimat pun tidak terpatri. Dan itu menjadi nightmare saat ide mampet dikejar deadline. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline