Lihat ke Halaman Asli

Rakha Stevhira

Lulusan fakultas ushuluddin jurusan akidah dan filsafat Universitas Al-Azhar Kairo Mesir

Pengasingan yang Menyehatkan

Diperbarui: 2 April 2024   20:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

bincangsyariah.com

"مَا نَفَعَ القَلْبَ شَيْءٌ مِثْلُ عُزْلَةٍ يَدْخُلُ بِهَا مَيْدَانَ فِكْرَة"

"Tidak ada sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi hati kecuali uzlah (mengasingkan diri) dengan penuh tafakur (merenung)."

Kita sudah berbicara pada bagian hikam awal mengenai pembagian 2 jenis manusia menurut Ibnu 'Atha'illah. Jika kita gunakan kosa kata yang sudah kita bahas sebelumnya mereka adalah manusia ekstrovert dan introvert.

Khusus dalam beberapa pembahasan sebelumnya kita sebenarnya sedang dibawa oleh Ibnu 'Atha'illah untuk menyelami dunia psikis maupun mistis para manusia introvert. Dimulai dari menjelaskan tentang jenis perbuatan atau amal, mencoba mengerti makna Ikhlas, riyadhah agar mencapai nilai Ikhlas, hingga pada puncaknya adalah bagaimana nanti kita berusaha menuju syuhud atau terbukanya batin kita kepada Tuhan. Dan pada hikam kali ini kita akan membahas fase sebelum menuju puncak kebatinan tersebut.

Dalam dunia mistis tasawuf kata 'uzlah  adalah suatu kata yang sudah tidak asing lagi didengar. 'Uzlah jika dialih maknakan secara bahasa berarti mengasingkan diri. Sebagaimana yang kita ketahui dalam madzhab akidah islam terdapat satu aliran yang menyebutkan diri mereka sebagai mu'tazialh. Mu'tazilah berawal dari ketidaksepaham seorang murid bernama Washil bin 'atha terhadap gurunya Hasan Al-Bashri.

Washil baranggapan bahwa pelaku dosa besar dalam islam terambang diantara surga dan neraka, berbeda dengan pandangan sang guru. Maka dari itu Washil memutuskan diri untuk mengasingkan diri dari ajaran sang guru yang akhirnya menjadi cikal bakal terbentuknya madzhab akidah mu'tazilah.

Kembali pada 'uzlah  dari sisi ilmu tasawuf, jelas bahwa maknanya disini tidak diambil sesuai dengan kisah Washil sebelumnya. Dalam tasawuf 'uzlah menjadi sebuah fase sebagai batu loncatan bagi mereka yang menginginkan kedamaian hati untuk dapat mengenal lebih dalam dirinya sebagai wasilah menuju Tuhan.

Banyak dari beberapa sarjana-sarjana muslim melahirkan karyanya sebagai buah hasil dari masa pengasingan dirinya. Contohnya seperi kisah Al-Ghazali. Al-Ghazali menjadi salah seorang sarjana muslim yang mempunyai dua fase hidup dalam perjalanan intelektualnya. Fase sebelum periode pengasingan dirinya dan fase di periode setelahnya.

Periode sebelum Al-Ghazali mengasingkan dirinya ditandai dengan beberapa karyanya yang sering menyinggung bahkan mengkritisi para filsuf muslim yang menurut hematnya telah melenceng dari islam.

Sebutlah seperti kitab maqashid al-falasifah dan tahafut al-falasifah yang lahir dimasa sebelum Al-Ghazali ber-'uzlah. Kemudian kita mendapati salah satu magnum opus nya yaitu kitab ihya yang ditulis setelah masa pengasingan dirinya. Sangat kontras dan terdapat banyak perbedaan dari gaya kepenulisan hingga corak intelektual, dan tentu kebijaksanaan yang sangat terlihat jelas didalam ihya ulum ad-din dibanding dengan kitab-kitab yang sudah dia tulis sebelumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline