Hari itu Oriana keluar dari kamarnya mengenakan setelan celana berwarna violet, menyapa saya dan duduk di kursi di muka jendela, menopangkan salah satu kakinya di paha kaki lainnya. Di tangan kanannya dia mengapit sebatang rokok Virginia Slims dan menghembusnya terus menerus.
Walaupun dia kecil, mungkin 1.55 meter dan berat sekitar 45 kg, postur tubuhnya memberi kesan seorang wanita yang penuh percaya diri, meyakinkan dan tegas. Wawancara-wawancaranya dengan tokoh-tokoh terkenal dunia mengkonfirmasi hal ini semua. Ini adalah wanita yang berani bertanya kepada tokoh-tokoh politik pertanyaan-pertanyaan yang brutal di dalam wawancaranya.
Ini adalah wanita yang berani membuka cadarnya ketika mewawancarai Khomeini, berani menanyai Nguyen Van Thieu "Sebagaimana korupkah anda?", dan berani menuduh Yasir Arafat "Anda sama sekali tidak menginginkan perdamaian yang diharapkan semua orang."
Bukunya yang paling terkenal "Wawancara dengan Sejarah" mengumpulkan wawancara-wawancara dengan 14 tokoh politik, dengan sampul yang mengutip majalah Rolling Stone "pewawancara politik yang terbesar di masa modern." Saat saya kuliah saya membaca beberapa wawancara yang membuatnya terkenal, dengan Henry Kissinger, Khomeini, dan saya terpesona.
Baru belakangan ini saya menemukan buku ini dan lebih terpesona lagi dengan wawancara-wawancara degan tokoh-tokoh yang kurang populer Shah Iran, King Hussein, Jenderal Giap dan bahkan dengan tokoh yang hampir tak terkenal Alexandros Panagoulis. Sebelum membacanya, saya tidak menyangka betapa menariknya wawancara-wawancara itu, yang memberi pandangan segar dan membuka jendela-jendela terhadap kepribadian tokoh-tokoh politik itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H