Energi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pembangunan ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan keberlanjutan lingkungan. Namun, hingga saat ini, masih banyak orang di seluruh dunia yang belum memiliki akses ke energi yang memadai, aman, dan terjangkau.
Dalam konteks global, lebih dari 770 juta orang masih hidup tanpa akses ke listrik, dan lebih dari 2,6 miliar orang masih mengandalkan bahan bakar tradisional seperti kayu bakar dan arang untuk memasak, yang tidak hanya tidak efisien tetapi juga berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Ketergantungan pada energi fosil yang tidak bersih juga berkontribusi terhadap perubahan iklim, yang semakin memperparah kerusakan lingkungan dan mengancam keberlanjutan planet ini.
Energi merupakan kebutuhan manusia paling mendasar dan meningkat seiring dengan perkembangan teknologi dan penduduk. Namun, pemanfaatan energi yang paling dominan menjadi andalan dalam pemenuhan kebutuhan energi tersebut, terdapat pada bahan bakar minyak/energi fossil.
Cadangan bahan bakar minyak / energi fossil yang mana merupakan sumber energi yang tidak terbaharukan (non-renewable energy) semakin menipis akibat penggunaannya yang kontinyu dalam jumlah besar, maka dari itu penggunaan sumber energi alternative menjadi suatu dorongan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan energi dimasa mendatang.
Jumlah populasi manusia di Indonesia terus meningkat tiap tahunnya, tercatat pada data BPS tahun 2021 bahwa terdapat sebanyak 272.248,5 ribu jiwa, yang kemudian meningkat hingga 275.773,7 ribu jiwa pada tahun berikutnya. Peningkatan jumlah penduduk yang signifikan ini mengakibatkan peningkatan kebutuhan akan energi yang besar serta penggunaan lahan bangunan yang semakin padat.
Lebih dari 70% konsumsi energi listrik dipergunakaan untuk kebutuhan rumah tangga penduduk sekitar, penggunaan listrik dengan skala besar dapat menimbulkan dampak pada keberlangsungan sumber daya alam tak terbarukan terutama fossil yang berupa bahan bakar minyak dan batubara yang lama kelamaan semakin menipis.
Dengan adanya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau sering disebut SGDs (Sustainable Development Goals) yang merupakan serangkaian tujuan yang ditetapkan PBB untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan menjawab tantangan masa depan dunia. Dengan topik SGD 7 yang membahas mengenai penggunaan energi yang bersih, terjangkau, dan terbarukan, maka masalah pemanfaatan energi yang besar dari sumber daya tidak terbaharukan dapat diatasi.
Listrik merupakan energi yang praktis dan paling umum digunakan dalam kehidupan manusia zaman sekarang, dipengaruhi pertumbuhan penduduk yang besar, maka peningkatan kebutuhan akan energi listrik terus meningkat. Maka dari itu, diperlukan peningkatan dalam output energi listrik oleh pembangkit listrik yang tersedia.
Di Indonesia sendiri pembangkit listrik yang paling banyak digunakan adalah PLTU dengan bahan bakar dasar berupa batubara, hal ini terjadi karena produksi batubara yang berlimpah serta biayanya yang terkategori murah. Namun batubara yang merupakan salah satu bahan bakar fosil yang tidak terbaharukan dapat mengalami penipisan yang dikhawatirkan akan habis di masa depan.
Selain itu, penggunaan batubara sebagai bahan dasar PLTU juga mengakibatkan pemanasan global akibat emisi karbon. Hal ini kemudian menciptakan efek domino yang sangat besar bagi keseimbangan dunia, 46% gas karbon di dunia yang mengganggu keseimbangan iklim berasal dari PLTU dengan bahan bakar berupa batu bara. Berdasarkan data pengamatan yang dilakukan oleh endcoal.org sepanjang tahun 2006-2020, tercatat bahwa PLTU batubara di Indonesia menyumbang emisi tahunan sebesar 6.463 juta ton/tahun.
Alternatif yang bisa digunakan adalah dari bintang tata surya sendiri. Penggunaan panel surya yang mengambil energi dari cahaya matahari berupa jenis sumber yang awet dan dapat digunakan tanpa habis untuk bermiliaran tahun. Positifnya juga, panel surya tidak menghasilkan banyak limbah kebalikan dengan energi fosil.