Lihat ke Halaman Asli

Steven Saunoah

Mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira-Kupang

Mengeja Detik Sampai Pagi

Diperbarui: 30 Oktober 2022   00:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

MENGEJA DETIK SAMPAI PAGI

*Steven Saunoah

 

Serasa nada-nada indah merumput di telinga sang pujangga rindu

Satu...dua...tiga...adalah detik-detik yang terus terhitung selepas sore.

Tak tahu harus sampai kapan kita mengeja detik di antara bayangan ritme

Mungkinkah kita harus bertemu?

Adalah detik yang terus berbunyi , walau tak disuruh

Adalah rindu sampai pagi yang tersembunyi, walau sedang rapuh.

Rembulan malam enggan membantu mengeja setiap detik yang kuyuh

Sebab, pada akhirnya dia pun akan hilang saat datangnya terang.

Sudut Penfui, 30/10/22


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline