MENGEJA DETIK SAMPAI PAGI
*Steven Saunoah
Serasa nada-nada indah merumput di telinga sang pujangga rindu
Satu...dua...tiga...adalah detik-detik yang terus terhitung selepas sore.
Tak tahu harus sampai kapan kita mengeja detik di antara bayangan ritme
Mungkinkah kita harus bertemu?
Adalah detik yang terus berbunyi , walau tak disuruh
Adalah rindu sampai pagi yang tersembunyi, walau sedang rapuh.
Rembulan malam enggan membantu mengeja setiap detik yang kuyuh
Sebab, pada akhirnya dia pun akan hilang saat datangnya terang.
Sudut Penfui, 30/10/22
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H