Oleh,
DR. Ahmad Afif, S.Pd, M.E.
"Pada dasarnya, pendidikan merupakan investasi masa depan".
Quotes ini merupakan kata bijak dari jawaban atas fenomena pendidikan sekarang. Bukan hanya diartikan investasi yang bernilai saja, namun perlu edit dalam mengarungi nilai kehidupan untuk mengisinya. Kini, pendidikan diartikan sebagai hal yang materialistis, artinya bahwa investasi jangka panjang lebih dipahami dengan unsur yang lebih kompleks yaitu; antara nilai yang bisa diuangkan dengan intangible asset.
Tidak ayal, banyak sekali isu yang mengatasnamakan pendidikan, namun syarat dengan nilai materialistis. Sekolah, kini banyak tuntutan kepada para siswa untuk memenuhi kewajibannya. Begitupun pada jenjang perguruan tinggi. Baru-baru ini, kasus Institut Teknologi Bandung (ITB) dicap sebagai institut yang mengaitkan pragmatisme ini di ranah Pendidikan, walaupun sebenarnya tidak demikian. ITB berani secara terang-terangan mengarahkan sejumlah mahasiswanya untuk membayar UKT dengan jasa pinjol. Sebut saja Danacita, paradigma ini harus dikembalikan dengan nilai esensi pendidikan sebagai investasi masa depan yang bukan hanya dimulai secara materialistis, namun dimaknai sebagai value added dalam mengarungi samudra kehidupan anak bangsa di kemudian hari.
ITB mengklarifikasi tentang pembayaran UKT mahasiswa menggunakan jasa pinjaman online. Penegasannya bahwa dana tersebut merupakan pinajaman khusus pendidikan dan langsung ditransfer ke kampus serta harus ada izin orang tua mahasiswa. 31/1/2024.
Republik ini harus kembali kepada masa di mana Ki Hajar Dewantara mengeluarkan semangat "ing ngarsa sung tuladha ing madya mangun karsa, Tut Wuri Handayani". Esensi pendidikan sesungguhnya yang di depan memberikan contoh, dan yang diberikan contoh harus meniru. Sebaliknya, ketika yang di depan tidak memberikan contoh yang kurang relevan, otomatis yang diberikan contoh akan bertindak sesuai dengan contohnya tersebut.
Tokoh Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara.