Lihat ke Halaman Asli

Steven Saunoah

Mahasiswa Fakultas Filsafat UNWIRA-KUPANG

Surat Kecil di Negeri Orang

Diperbarui: 18 September 2023   08:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: Dokumentasi Pribadi.

SURAT KECIL DI NEGERI ORANG

Oleh: Fr. Steven Saunoah

Tentang kisah malam kemarin, perjumpaan itu tak pernah kusangka,

seumpama selembar daun yang layu diterpa angin tanpa diminta, dihujat sebagai fasik oleh yang munafik dengan sengaja, hingga aku jatuh di negeri orang.

Dan kisahku dimulai saat kau kasihani aku di tengah endapan lara fana.

"Kali ini mungkin kita adalah sebuah perjumpaan. Kau menjadikan kita 'ada' dalam ketiadaan, dan ketiadaan itu adalah aku," rintihku pada malam.

Namanya adalah kisah sederhana. Kisah itu begitu mudah diceritakan. Secangkir senyuman kau suguhkan tatkala matahari terbit, dan sebatang sigaru* menjadi teman sebuah cerita. Butuh waktu lama untuk berbagi luka antara dua tokoh utama: 'waktu' dan 'aku'. Waktu bercerita tentang derita orang-orang kalah yang inginkan perdamaian. Dan aku menjadi tokoh kedua yang hanya termenung sembari berdoa.

Namanya adalah kisah sederhana. Kata-kata tak mampu mengungkapnya. Barisan luka pun hanya terpaku. "apa yang harus kuperbuat?"

Masih tentang kisah sederhana. Kali ini aku terpaksa menenun senja di Aerpoto Palaban* bersama bayang dan kenangan tentang cinta, aku menulis sepucuk surat: ada kisah orang-orang hebat di Negeri sebrang. Senja pun tersenyum. "Masih ada cerita indah di lain waktu", bisik senja padaku. "Obrigado barak," balasku diselingi tinta air mata.

Palaban, 17/09/23

NB:

*Sigaru merupakan bahasa Timor Leste untuk kata rokok.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline