Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Puisi: Runtuh

Diperbarui: 13 Mei 2024   21:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: PxHere.

RUNTUH

sesekali pandangan matanya dialihkan ke cermin,

dengan harapan yang ia harapakan di depan pantulan.

Air matanya runtuh menjelma malam yang dingin,

dan dengan tangannya ia mengusap setiap rindu yang menetes pelan.

Suara hatinya berbisik: "rindumu telah usai. Pulanglah ke pangkuan hatimu yang lama.

Sekarang waktunya untuk mengikhlaskan yang tak pernah menghargaimu".

13/05/23

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline