Apa itu Bullying?
Bullying berasal dari kata bully, yang dalam kamus Oxford diartikan sebagai seseorang yang cenderung berusaha menyakiti atau mengintimidasi individu yang dianggap lemah atau rentan. Ini juga bisa diartikan sebagai perilaku penindasan. Bullying seringkali mengarah pada tindakan yang merugikan baik secara emosional maupun fisik, dan biasanya ditujukan kepada mereka yang berbeda dalam hal ras, suku, bahasa, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, penampilan, atau kondisi fisik.
Bullying adalah bentuk perilaku agresif yang tidak diinginkan di kalangan anak-anak atau remaja, khususnya di lingkungan sekolah. Tindakan ini melibatkan ketidakseimbangan kekuatan, baik yang dirasakan oleh korban maupun pelaku. Bullying memiliki potensi untuk terjadi berulang kali dan dapat menyebabkan masalah jangka panjang bagi kedua belah pihak, baik korban maupun pelaku.
Secara ringkas, bullying dapat dipahami sebagai perilaku intimidasi yang berulang, yang bertujuan untuk melukai individu, baik secara emosional maupun fisik, dan terjadi dalam situasi di mana terdapat ketidakseimbangan kekuatan, di mana pelaku mendominasi dan korban berada pada posisi yang lebih lemah.
Menurut data dari KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) pada tahun 2018, kasus bullying dan kekerasan fisik masih mendominasi masalah dalam dunia pendidikan. Kasus yang tercatat mencakup bukan hanya bullying antar siswa, tetapi juga tindakan bullying yang dilakukan siswa terhadap guru. Namun, angka yang tercatat mungkin hanya sebagian kecil dari keseluruhan kejadian, mengingat masih banyak pihak yang belum sepenuhnya memahami atau bahkan mengabaikan masalah ini.
Penyebab Bullying dari sisi korban
Penyebab bully dapat terjadi karna beberapa faktor.Berikut adalah beberapa fakto terjadinya bullying.
1. Penampilan fisik
Perbedaan ras sering kali menjadi salah satu pemicu bullying. Ini biasanya terjadi ketika seorang anak dari ras yang berbeda memasuki lingkungan yang mayoritas anggotanya berasal dari ras tertentu, sehingga ia dianggap sebagai minoritas. Beberapa survei dan penelitian juga menunjukkan bahwa bullying yang disebabkan oleh perbedaan ras cukup sering terjadi.
2. Ras
Setiap orang memiliki orientasi seksual yang berbeda, dan biasanya anak-anak mulai menyadari orientasi seksual mereka saat memasuki usia remaja. Di beberapa negara yang sudah lebih terbuka dengan isu LGBT, individu yang teridentifikasi sebagai lesbian, gay, atau transgender sering kali menjadi sasaran bullying. Hal ini menyebabkan banyak orang cenderung menyembunyikan orientasi seksual mereka.
3. Orientasi seksual
Bullying juga sering terjadi pada anak-anak yang dianggap lebih lemah atau tidak menunjukkan sikap perlawanan. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, bullying melibatkan ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban, di mana pelaku merasa memiliki kekuatan untuk mendominasi korban yang lebih lemah.
4. Terlihat lemah
Anak yang dianggap sulit bergaul dan memiliki sedikit teman juga rentan menjadi korban bullying. Mereka yang terlihat terisolasi atau tidak memiliki banyak teman sering dianggap lebih lemah, sehingga pelaku bullying merasa bisa mendominasi mereka. Bahkan, kelompok bully bisa menargetkan kelompok yang mereka anggap lebih lemah daripada kelompok mereka sendiri.
5. Terlihat tidak mudah bergaul
Anak yang dianggap sulit bergaul dan memiliki sedikit teman juga rentan menjadi korban bullying. Mereka yang terlihat terisolasi atau tidak memiliki banyak teman sering dianggap lebih lemah, sehingga pelaku bullying merasa bisa mendominasi mereka. Bahkan, kelompok bully bisa menargetkan kelompok yang mereka anggap lebih lemah daripada kelompok mereka sendiri.
Penyebab Bullying dari Sisi Pelaku
Bullying tidak hanya dipicu oleh kondisi korban, tetapi juga oleh faktor dari sisi pelaku. Berikut adalah beberapa penyebab bullying dari sisi pelaku:
Masalah Pribadi
Pelaku sering kali memiliki masalah pribadi, seperti konflik rumah tangga atau masalah keluarga, yang membuat mereka merasa tidak berdaya dan menggunakan bullying untuk menunjukkan kekuatan.