Lihat ke Halaman Asli

Perspektif Museum Islam Lamongan terhadap Tradisi Ziarah Kubur di Masyarakat

Diperbarui: 27 Juli 2023   04:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

museumislam

Salah satu bentuk harmoni keberagaman Islam terletak pada tradisi atau budaya di masyarakat lokal setempat. Secara khusus pada kesempatan ini kita merefleksi bagaimana suatu kunjungan museum dapat mewadahi perspektif personal terhadap salah satu tradisi religi di tengah masyarakat Jawa. 

Tradisi tersebut disebut ziarah kubur atau "nyekar" dalam bahasa Jawa dan kerap dilakukan masyarakat sebelum ibadah puasa maupun pada hari-hari biasanya untuk memanjatkan doa bagi yang sudah meninggal atau memohon hantaran doa disampaikan kepada Yang Maha Kuasa melalui tokoh-tokoh agama yang telah almarhum. 

Menapaki langkah di Museum Seni Islam Lamongan atau Indonesian Islamic Art Museum akan dipenuhi makna tersendiri. Museum ini berada di kawasan Wisata Bahari Lamongan (WBL), Jl Paciran, Lamongan, Jawa Timur.

Lantas, adakah museum bernafas keislaman ini dapat memberikan sudut pandang tertentu mengenai tradisi ziarah kubur masyarakat Jawa?

Perihal kaitan satu sama lain akan cukup menarik untuk dipahami secara garis tradisi, adat, dan budaya turun-temurun. Sebab, dari Museum Islam di Lamongan ini pula, saya perlahan mengikuti suatu kisah tentang nisan seorang Wali Songo yang hingga kini masih dikunjungi para peziarah. Beliau adalah Syekh Maulana Malik Ibrahim. Salah seorang yang tertua dari sembilan rasul Islam di Jawa.

Adapun Nisan Syekh Maulana Malik Ibrahim pun bertanggal 822 H (1419 M). Beliau memiliki nama lain yakni Maulana Maghribi. Beliau datang dari Persia ke Jawa untuk menyebarkan Islam pada zaman Kerajaan Majapahit (1379 M). Sosok Syekh Maulana Ibrahim hingga pada wafatnya menjadi salah satu narasi sejarah Islam yang akan disampaikan edukator Indonesian Islamic Art Museum saat Anda berkunjung. Menariknya, makam beliau setiap hari didatangi peziarah bukan saja dari dalam negeri bahkan orang asing. Setiap tahun tak kurang 850.000 peziarah mendatangi makam Syekh Maulana Malik Ibrahim.

Tradisi Berziarah

Suatu tradisi ziarah kubur bertujuan memanjaatkan doa serta membawa sesuatu hal di nisan orang yang telah wafat. Selain bunga, seringkali kemenyan, namun bukan untuk pemujaan, melainkan hanya wewangian. Doa dipanjatkan sesuai syariat Islam yang menggunakan bahasa Arab.

Setiap harinya pusara para wali akan ramai dikunjungi peziarah untuk berdoa sebagai bentuk penghormatan. Bagi sebagian masyarakat berkunjung ke makam wali atau leluhur selama satu bulan penuh maka puasanya pun dapat diberi keberkahan.

Dari cerita mengenai tradisi ziarah kubur ke makam Para Wali, terutama Syech Maulana Malik Ibrahim, tentunya pengunjung Indonesian Islamic Art Museum di Lamongan Jawa Timur semakin memahami bahwa tradisi tersebut sangatlah lazim dilakukan dalam kehidupan umat muslim seluruh dunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline