Pada nanar matamu yang kelu, waktu itu,
Aku berkaca, tanpa suara
Kemana mata riang ayahku, kosong
Kemana bayanganku,
di matanya yang sendu ?
Ayahku pengampun yang mulia
Ia dicelakai, tapi tidak mengutuk
Ayah dan lelaki penabraknya
Berpapasan di satu persimpangan
Ayahku yang tangguh, jatuh tersungkur
dalam sengal nafasnya, ayah mendaras kata-kata kebajikan