Lihat ke Halaman Asli

(Puisi Kartini) Sajak Perempuan Tapal Batas

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di tanah kering,

ronga-rongga suara tercekat hukum pasung

Lidah kelu kami,

Lama nian dikebiri aturan bernada sumbang;

“Jangan banyak menulis. Nanti kau jauh jodoh”

#

Dan kala senja hati meronta-ronta

Pada tembok batu sedu-sedan terhisap

Namun dia enggan bergema,

Meskipun hujan membuncah dari bola mata gelap

Menuju muara bergincu delima

#

Ya, inilah garis lahir kami

Para perempuan yang memijak tapal batas tradisi

Saat harkat-martabat teruji di setiap bilik dapur

Saat tubuh berakhir dalam ranjang pengantin

Ketika itu kata dewasa sebatas hitung cepat

Dan mimpi-mimpi merdeka atas ketubuhan diri

Larut oleh hukum pasung pada tapal batas tradisi

#

Tetapi pada suatu ketika mungkin hukum lampau akan surut

Saat kelambu pasung tersingkap, matahari terbit dengan riang

Para perempuan terlahir tanpa dijerat tali kekang

Mereka dibebaskan untuk mencintai tanpa syarat

Cinta yang memurnikan dunia,

menghidupi semangat para perempuan

supaya lantang suara dan tajam tulisan mereka,

sanggup  memanusiakan manusia

memerdekakan setiap kaum terjajah, dari kelemahan manusiawinya

#

Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dengan judul : Inilah Hasil Karya Peserta Event Puisi Kartini

Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community(cantumkan link FB tersebut di karya Anda)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline