Ungkapan "merubah sistem dari dalam" seringkali dilontarkan sebagai solusi ideal untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi suatu sistem, terutama dalam ranah politik. Namun, analisis mendalam terhadap realitas politik menunjukkan bahwa ungkapan tersebut hanyalah omong kosong belaka, sebuah ilusi yang menghilangkan fokus terhadap akar permasalahan.
1. Mekanisme Sistematik yang Mematikan:
Sistem politik yang berkuasa cenderung memiliki mekanisme yang dirancang untuk mempertahankan kekuasaan dan menjaga status quo. Struktur birokrasi, jaringan patronase, dan sistem hukum yang cenderung berpihak pada elite, menciptakan hambatan yang tak tertembus bagi siapa pun yang ingin mengubah sistem dari dalam.
2. Asumsi Ideal vs Realitas Kejam:
"Merubah sistem dari dalam" berangkat dari asumsi idealis bahwa individu yang masuk ke dalam sistem akan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai dan prinsip yang dipegang sebelumnya. Realitasnya, tekanan sistem, budaya politik, dan rayuan kekuasaan seringkali mengalahkan tekad dan idealism.
3. Membangun Kekuatan dari Luar:
Perubahan sistem yang berarti hanya bisa terjadi dengan membangun kekuatan dari luar sistem. Gerakan sosial, perlawanan sipil, dan pendidikan politik merupakan langkah yang penting untuk menciptakan tekanan yang memaksa sistem berubah.
4. Mengubah Cara Berpikir:
"Merubah sistem dari dalam" seringkali dikaitkan dengan strategi elektoral yang menjanjikan perubahan setelah menang pemilihan. Namun, perubahan yang sesungguhnya terletak pada perubahan cara berpikir. Menumbuhkan kecerdasan politik, kritis terhadap sistem, dan memupuk kepedulian terhadap kebenaran merupakan langkah yang penting untuk meraih perubahan.
5. Menolak Mimpi Indah:
Berhenti memeluk ilusi "merubah sistem dari dalam" adalah langkah pertama menuju perubahan. Menerima realitas politik yang keras, mengerti mekanisme sistematik yang menindas, dan mencari jalan perlawanan yang efektif merupakan kunci untuk melakukan perubahan yang sesungguhnya.