Lihat ke Halaman Asli

Pelayanan yang Benar

Diperbarui: 2 September 2018   01:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(dok. pribadi)

Pelayanan yang benar membutuhkan persiapan. Banyak hal perlu dipertimbangkan. Dari kerohanian, pengenalan yang baik terhadap kultur gereja lokal, kesesuaian dengan posisi dan kompetensi, sampai pemahaman teologis.

Kebutuhan mendesak dalam pelayanan seringkali mendorong gereja untuk melakukan manuver berbahaya, yaitu melibatkan siapa saja yang tergerak dalam pelayanan. Tidak peduli apakah orang itu mempunyai konsep pelayanan yang benar. Tidak peduli apakah motivasi di balik keterlibatan itu adalah lurus dan tulus. Tidak peduli apakah orang itu mumpuni untuk tugas tertentu.

Salah satu tahapan penting dalam mempersiapkan para pelayan adalah mengajarkan konsep yang benar tentang pelayanan. Konsep ini berfaedah untuk meletakkan segala aspek pelayanan dalam sebuah perspektif yang seragam dan benar.

Konsep yang keliru

Sebagian orang melayani tetapi bukan dengan konsep yang benar. Berikut ini adalah beberapa kesalahan populer yang sering ditemui di berbagai gereja.

  • Pelayanan sebagai aktualisasi diri

Terlepas dari keragaman definisi yang ada, aktualisasi diri secara mendasar dapat dipahami sebagai pencapaian potensi seseorang secara penuh.

Di satu sisi, optimalisasi diri memang usaha yang terpuji. Setiap orang Kristen harus berusaha mengoptimalkan segala sesuatu dalam dirinya bagi pekerjaan Tuhan. Alkitab mengajarkan bahwa persembahan kepada Allah haruslah yang terbaik: tepung yang terbaik (Kel. 29:40l Im. 2:1-7), hasil panen yang terbaik (Kel. 34:26; Im. 18:12), maupun ternak yang terbaik (Im. 14:10; Ul. 32:14).

Di sisi lain, pelayanan lebih dari sekadar aktualisasi diri. Pelayanan lebih merupakan sebuah pengorbanan diri daripada aktualisasi diri (1Kor. 9:22b). Tujuan pelayanan bukanlah pemenuhan diri sendiri (ajang penyaluran dan pengembangan talenta belaka), melainkan pertumbuhan rohani seluruh tubuh Kristus (Ef. 4:12).

  • Pelayanan sebagai pelarian

Bagi sebagian orang, suasana di dalam gereja merupakan sebuah pelepas dahaga dari kehidupan sehari-hari yang rumit dan melelahkan. Pelayanan adalah pulau fantasi. Wahana rekreasi rohai untuk melarikan diri dari kepenatan dan tekanan yang datang bertubi-tubi.

Ada pula yang melibatkan diri dalam berbagai aktivitas gerejawi hanya sekadar untuk mengisi waktu luang dan membunuh kebosanan. Ada yang sengaja menghindari keributan dan persoalan di dalam rumah. Ada pula yang mencari penerimaan dan penghargaan yang selama ini tidak didapatkan di rumah.

Semua motivasi di atas sama sekali tidak dapat dibenarkan. Tuhan Yesus pernah menegur orang-orang Farisi yang taat memberikan korban untuk Bait Allah, namun tidak mengindahkan perhatian bagi orang tua mereka (Mat. 15:3-6). Kecaman keras diberikan Paulus kepada orang-orang Kristen tertentu yang tidak mau memerhatikan dan memelihara sanak keluarganya (1Tim. 5:8). Apa yang diperbuat di rumah kepada anggota keluarga seharusnya sama pentingnya dengan apa yang diperbuat di gereja bagi sesama jemaat.

  • Pelayanan sebagai kewajiban
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline