Semarang (12/8/2022) -- Dengan maraknya perubahan alam yang terjadi di sekitar kita, kesadaran dan kewaspadaan menjadi sebuah keharusan dan juga pengingat bagi setiap orang demi kelestarian dan keberlangsungan lingkungan yang nantinya bisa dinikmati oleh generasi yang mendatang sebagai warisan yang tak ternilai harganya.
Selaras dengan poin ke-13 dalam Sustainable Development Goals (SDGs) mengenai penanganan perubahan iklim, sampah menjadi salah satu hal diantaranya (terutama sampah plastik). Dilansir dari VOA bahwa total sampah yang masuk ke laut pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 521.540 ton, di mana sekitar 12.785 ton berasal dari aktivitas di laut. Pada kenyataannya, kita masih belum bisa optimal dalam mengelola sampah yang masih jadi isu besar di Indonesia dan menjadi hal yang perlu disampaikan terus-menerus supaya timbulnya kesadaran untuk menciptakan perubahan dalam menjaga alam dan lingkungan di sekitar kita.
Melalui upaya pelaksanaan lingkungan warga RW.06, Kelurahan Patemon yang ramah lingkungan, saya memberikan edukasi mengenai 'Pengolahan Ecobrick' pada Selasa (2/8) dengan metode door-to-door dan membuat model tempat sampah dari bahan botol plastik bekas menjadi tempat sampah anorganik sederhana dengan menyerahkan langsung produk kepada Ketua RW.06, Kelurahan Patemon pada hari Jumat (5/8) dengan mendatangi kediaman Bapak Purwanto selaku Ketua RW 06, Kelurahan Patemon kemudian dilakukannya penyerahan produk yaitu tempat sampah anorganik sederhana beserta pemaparan mengenai tujuan terciptanya.
Penjelasan yang dilakukan mengenai pentingnya membuang sampah pada tempatnya terlebih terhadap sampah plastik yang membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai, kemudian, dilanjutkan dengan pemaparan tentang tujuan dari pembuatan tempat sampah anorganik dari botol bekas sebagai wadah untuk menampung semua sampah anorganik rumahan (plastik, botol bekas, dsb.) agar bisa dimasukkan dan dipadatkan menjadi ecobrick agar lebih mudah dalam memilah sampah anorganik dari sampah organik untuk yang berbau.
Kegiatan ini ditujukkan untuk mengingatkan bahwa setiap sampah plastik yang terapung dilautan nantinya akan terurai menjadi plastik-plastik kecil tak kasat mata. Seperti yang dilansir dari Greeneration Foundation, Mikroplastik bisa mencapai ukuran kurang dari 4,8 milimeter dan mengandung bahan kimia seperti PCB yang terakumulasi pada bagian plastik.
Dengan ukuran yang sangat kecil ini, mikroplastik dapat dengan mudah tertelan oleh hewan laut baik secara sengaja ataupun tidak sengaja. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan, disebutkan bahwa perilaku dari hewan laut lebih menyukai mikroplastik dibandingkan dengan plankton karena memiliki ukuran yang mirip dengan plankton dengan jumlah yang lebih banyak tersebar di lautan lepas. Dari adanya siklus berantai ini, hewan laut dan juga manusia juga bisa menerima kerugian yang memiliki dampak berkepanjangan.
Dari kegiatan yang sudah terlaksana diharapkan menjadi lebih sadar akan lingkungan sekitar karena hal-hal besar selalu dimulai dari hal-hal kecil seperti membuang sampah pada tempat dan jenisnya. Untuk sisi positif lainnya, bisa menjadi memiliki pemahaman dan sudut pandang yang baru mengenai cara-cara dalam pengelolaan sampah, kemudian juga menumbuhkan kegiatan yang positif dari mengolah botol plastik bekas ini menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat lagi. Bisa menjadi ide baru dalam pengembangan UMKM yang bisa di lakukan oleh ibu-ibu PKK, anak muda ataupun anak usia dini dalam mengembangkan kreativitas dengan mengolah sesuatu dari pemadatan sampah menjadi ecobrick dengan menghasilkan karya-karya yang memiliki harga jual yang tinggi dan bermanfaat.