Lihat ke Halaman Asli

Stephen Sihombing

mengabdi bagi kemanusian dengan keteladanan Yesus

Beriman di Tengah Pencobaan

Diperbarui: 25 November 2018   01:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus,
Hari-hari ini kita menyaksikan bagaimana manusia melakukan kejahatan yang mengerikan. Manusia membunuh sesamanya sebab alasan ekonomi atau ketersinggungan atas ucapan yang tidak dapat diterima. Manusia nyatanya bisa kalah menghadapi pencobaan yang datang. Manusia tidak lagi peka terhadap suara Tuhan. Manusia membiarkan dirinya jatuh dalam pencobaan yang menyeretnya menjadi pelaku dosa yang aktif.
***
Dalam hidup kekristenan, soal cobaan sering datang menggoda anak-anak Tuhan. Pencobaan yang dapat berupa keinginan untuk hidup lebih kaya dan menyangkal Tuhan Yesus; atau kecenderungan untuk tetap hidup dalam hawa nafsu kedagingan; atau tetap membalas kejahatan dengan kejahatan dan sama sekali tidak mau mengampuni apalagi berdamai. Pencobaan-pencobaan yang diperhadapkan kepada orang Kristen merupakan pencobaan yang harus dihadapi dan bukannya menjadi tanggungjawab Tuhan. Seringkali muncul pembenaran diri seolah Tuhan yang berada di balik semua pencobaan itu. Sikap yang jelas tidak sesuai dengan kebenaran firman sebab Tuhan tidak mencobai siapapun (1:13).
***
Rasul Yakobus meyakini bahwa kehidupan beriman tidak menjadikan seseorang bebas dari pencobaan dalam hidupnya. Reaksi terhadap pencobaan yang datang dari luar membutuhkan respon yang benar: apakah kita marah, berkata kotor dan berbuat jahat? Atau sebaliknya, kita lambat marah, tidak berkata kotor dan menolak berbuat jahat. Untuk bisa bersikap sebagaimana yang dikehendaki Tuhan maka penting setiap orang percaya menerima kebenaran firman Tuhan dan mengaplikasikan firman Tuhan itu dengan penuh sukacita dan rasa syukur.

***
Dua hal yang sebenarnya dapat kita perhatikan dengan baik saat kita dapat menghadapi pencobaan dan menang atas pencobaan itu yaitu:
Pertama, Kebahagiaan dalam hidup. Artinya, kehidupan  kekristenan kita bukan kekristenan yang kosong; yang murahan; yang gampangan. Kekristenan yang kita hayati adalah kekristenan yang berisikan penyangkalan diri dan ketaatan kepada Tuhan Yesus dalam segala aspek. Kebahagiaan sebab kita boleh hidup sebagaimana yang Tuhan kehendaki seperti dikatakan dalam khotbah Tuhan Yesus di atas bukit (Matus 5). Ucapan-ucapan bahagia bagi mereka yang taat dan melakukannya dengan setia.

***

Kebahagiaan yang menunjuk pada daya tahan yang sempurna saat  iman diuji. Sama seperti Tuhan Yesus yang menang saat dicobai iblis  dan terus memperkatakan firman Allah dalam mengatasi serangan yang memperdaya dari kuasa kegelapan. Jika kita tidak menerima kebenaran firman Tuhan, yang terjadi maka kita jadi kecewa, marah, dan mencari kambing hitam atas kegagalan hidup yang memalukan.
Jika kita mau jadi pemenang atas pencobaan, dibutuhkan kemauan untuk benar-benar menjadi pelaku firman; bukan hanya sebagai pendengar. Kita tidak boleh puas hanya pada apa yang terlihat di permukaan sama seperti orang yang bercermin dan melihat wajahnya dan terus memperhatikan wajahnya kembali. Kita harus menjadi pelaku firman dan bukan sebagai pendengar saja. Artinya, karakter pemarah, bicara kotor dan suka berlaku jahat sudah seharusnya dihentikan. Berhenti berkata kotor dan berbuat jahat karena kita adalah umat kudus milik Allah.

***

Saudara dan saya perlu menerima pengajaran firman dengan baik agar kita selamat. Pilihan untuk hidup berbahagia bersama Tuhan bukan karena takdir atau ditentukan hidup orang lain. Kita sekalian dapat berbahagia jika kita dapat lulus dalam menghadapi ujian atas iman.
Pencobaan yang datang bisa ditangani sebab kuasa Allah tetap bekerja. Allah memberikan kuasa sorgawi yang memampukan kita dengan pertolongan Roh Kudus jadi pelalu firman Tuhan!

***

Kedua, hidup kita tidak hanya berurusan dengan banyak hal yang fana. Kehidupan bahagia bersama dengan Tuhan bukan sesuatu yang temporer tetapi terus berlanjut sampai datangnya hidup yang kekal. Kebahagiaan kita menjadi sempurna saat kita menerima mahota kehidupan (baca 1 Petrus 5:4; Wahyu 2:10; 2 Timotius 4:8) dan menjadi anak sulung dari semua ciptaanNya.

***
Mereka yang tahan uji tidak hanya bahagia dalam hidup sekarang tetapi juga dalam kehidupan setelah kematian. Kehidupan manusia tidak ada yang bertahan lama: entah saudara artis, atlet, pejabat atau orang biasa. Kehidupan ini sepenuhnya dalam kedaulatan Allah.

Kita hanya dapat berbuat sesuatu yang menyenangkan hati Allah Bapa dengan bertekun dalam pengajaran firman (Alkitab kertas atau digital: baca duanya! Sama seperti program KBA). Kalau tujuan hidup kita ke sorga dan menerima mahkota kehidupan yang Tuhan janjikan sudah jelas sama sekali bukan karena rekomendasi dari pendeta atau yang mewakilinya. Kita terus memelihara dan mempertahankan janji Tuhan Yesus yang indah apapun cobaannya. Amin.

Minggu, 25 November 2018

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline