Lihat ke Halaman Asli

Stephan Laras

Mahasiswa

Tari Lahbako, Tari "Tembakau" Asal Jember

Diperbarui: 8 Januari 2021   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

                   Tari Lahbako adalah tarian tradisional yang menggambarkan kehidupan para petani tembakau di Jember, Jawa Timur. Tarian ini dipentaskan oleh beberapa penari perepuan dengan gerakan yang menggambarkan aktivitas para petani di ladang atau kebun tembakau. Penari yang mementaskan tari ini menggunakan busana dan atribut bernuansa daun tembakau. Tari Lahbako ini merupakan salah satu kesenian tradisional yang terkenal di Jawa Timur dan menjadi salah satu ikon kota Jember.

                   Tari Lahbako terbentuk dari keinginan Bupati Jember pada tahun 1985 yaitu Bapak Suryadi Setiawan. Pada saat itu, Bapak Suryadi ingin memiliki tarian yang menggambarkan Kabupaten Jember, sehingga dapat dijadikan sebagai ikon identitas budaya Jember. Tarian ini terinspirasi dari keseharian masyarakat Jember yang sebagian besar merupakan petani tembakau. Jember merupakan salah satu daerah penghasil tembakau terbaik dan terbesar di Indonesia. Selain itu Tari Lahbako ini juga merupakan bentuk penghargaan terhadap peran perempuan Jember terhadap industry tembakau di Jember, karena sebagian besar pengerjaan pada produksi tembakau dilakukan oleh perempuan. Sehingga terciptalah Tari Lahbako yang menggambarkan aktivitas para petani tembakau di Jember.

                   Nama Tari Lahbako tendiri merupakan gabungan dari 2 kata yaitu “lah” dan “bako”. Kata Lah sendiri merupakan potongan dari kata “olah” atau “mengolah”. Sedangkan kata bako sendiri berarti “tembakau”. Sehingga dapat diartikan Tari Lahbako merupakan tarian yang menceritakan pengolahan tembakau.

                   Dalam pertunjukan Tari Lahbako, biasanya dilakukan oleh 4 – 8 orang penari wanita yang menari dengan gerakan menggambarkan aktivitas mereka di ladang. Pertunjukan di mulai dengan gerakan yang menggambarkan perjalanan dari rumah menuju kebun tembakau. Lalu dilanjutkan dengan gerakan yang menggambarkan proses pemetikan daun tembakau. Para penari menari dengan gerakan seperti sedang memetik daun dan memasukan kedalam keranjang. Setelah itu

dilanjutkan dengan berjalan ke gudang dengan membawa keranjang tembakau tadi. Setelah sampai ke gudang kemudian dilanjutkan dengan gerakan yang menggambarkan sedang menjemur daun tembakau hingga kering. Lalu dilanjutkan dengan gerakan menata daun tembakau dan pengemasan. Semua penggambaran tersebut ditampilkan dengan gerakan yang indah dan penuh makna. Gerakan dalam tarian ini lebih mengacu dengan gerakan yang lembut, lugas dan selaras dengan musik pengiringnya, musik patrol. Musik patrol merupakan musik asal Jember yang terdapat alat musik seperti kentongan, suling, dan gendang. Biasanya musik patrol dimainkan oleh pria berjumlah 7 orang.

                   Busana yang digunakan dalam pertunjukan Tari Lahbako adalah busana tradisional yang menggambarkan para petani tembakau disana. Pada bagian kepala penari menggunakan sanggul cemol, yaitu jenis sanggul yang memanjang keatas. Selain itu berbagai aksesoris seperti bendera kecil yang dulunya hanya terdapat 1 bendera, dan sekarang kita dapat melihat 3 bendera yang berbeda warna. Warna dari bendera tersebut sebenarnya memiliki arti peran atau tugas masing-masing petani ketika bekerja (ada yang memanen, menyortir, mengemas, dsb.). Selain itu terdapat anting – anting dan aksesoris lain yang berbentuk daun tembakau. Untuk baju yang digunakan, biasanya menggunakan baju kebaya. Kemudian pada bagian bawah menggunakan kain panjang atau sarong dan celemek atau tatakan yang biasanya digunakan para petani ketika bekerja.

                   Untuk perkembangannya, Tari Lahbako sekarang menjadi salah satu ikon kota Jember. Tarian ini masih terus dilestarikan dan dipelajari, baik di sanggar seni maupun diperkenalkan melalui bidang pendidikan. Selain itu tarian ini juga sering ditampilkan di berbagai acara seperti penyambutan tamu besar, festival budaya dan acara besar lainnya. Meski begitu, saat ini kita jarang melihat tarian ini karena sedikit orang yang tertarik dan menyukai tari ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline