Lihat ke Halaman Asli

Jakarta

Diperbarui: 21 Juni 2022   23:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Asap dan debu mengepul tebal
Membubuhi pandang setiap insan
Yang berlalu-lalang lewati aspal
Sembari menemani perjalanan

Langkah kaki berderap cepat
Tak ingin sedetikpun terlambat
Berharap sampai di tujuan dengan selamat
Tanpa salah alamat

Terkadang seyumpun tak sempat
Karena egoisme memuncak
Di tengah arus persaingan
Demi teruskan rantai kehidupan

Gedung-gedung pencakar langit
Perlahan menyenggol langit
Memenuhi ambisi jiwa
Tumpahkan segala kekalahan

Ini adalah tempat asing bagi sebagian orang
Namun disebutnyalah rumah untuk yang berbagi jiwa dengannya
Tempat yang membuat semua insan merasakan pahit kehidupan
Tak lupa tertinggal manis di dalamnya

Memang,
Dibalik wujudnya yang kokoh dan berani
Sekilaspun masih terlihat sadis
Tapi tetap ada welas asih pada yang ingin berlindung

Ia menjadi tempat dimana
Jiwa-jiwa dapat berbagi rasa
Pun jadi tempat impian
Bagi tubuh yang dibalut merah darah dan putihnya tulang

Kadang merasa terasing
Kadang merasa merana
Juga ada perasaan senang
Maupun perasaan diterima

Ia menjadi saksi bisu jutaan cerita
Pendengar setia yang sejatinya tak pernah pergi
Melebur bersama udara yang terhirup jiwa di dalamnya
Bersama perjuangan yang terbit tiap pagi

Oh,
Namanya jangan sampai terlupa
Jakarta,
Namanya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline