Lihat ke Halaman Asli

Dahulu

Diperbarui: 16 Mei 2022   13:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dahulu, ketika kau masih mudah digendong oleh si Bunda,
Ketika si Ayah pulang lalu kau hujani lompatan ke pelukannya,
Ingatkah kau seberapa senang kau dengan kehadiran mereka?
Ingatkah kau seberapa besar rasa sayang yang ada di hati kecil saat itu?

Lalu, ketika kau menginjak masa remaja, apa pernah kau berkata "Aku benci ayah" atau "Aku benci bunda"?
Kau menjadi senang ketika mereka berada diluar jangkauanmu, bahagia tak terkekang, lebih baik berkumpul bersama teman tongkrongan

Larut, sudah jam dua belas malam
Kau ditelpon bunda, atas usul ayah diam-diam, kata Bunda "kau pulang jam berapa? Ayah sudah tidur"
Katamu "Biarlah Bunda, aku 'kan sedang kumpul sama teman-teman, biarlah aku menikmati masa remaja lah" dan kau matikan telpon genggam milikmu

Kalut, kau si yang kali ini tidak bisa tidur, karena si buah hati berusia enam belas tahun belum pulang, tepat sebelum tengah malam, kau hubungi dia, tetapi jawabannya buat pikiranmu melayang ke tiga puluh tahun sebelum

Waktu itu, si Bunda pernah bilang "Yasudah, Bunda tidur dulu,kalau ada apa-apa telpon Bunda ya"
Tepat pukul tiga subuh saat pintu kau buka, si Bunda benar tidur, bukan di kasur, tapi di sofa ruang tamu
Pikiranmu semerawut, karena memori berputar di kepalamu

"Aku rindu Bunda, juga rindu Ayah"
Bunda yang sekarang, sudah tidur nyenyak bersama Ayah, yang kali ini tidak pura-pura tidur seperti saat Bunda menelponmu dulu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline