Lihat ke Halaman Asli

Turki, Negara Transkontinental dengan Multipesona

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1401360538704010140

"Bagaimana Turki?" Begitulah pertanyaan yang muncul dari setiap teman yang menyambut saya kembali setelah 10 hari menghilang dari kantor untuk mengunjungi negara ini. Saya sungguh tidak pernah membayangkan akan berkunjung ke Negara Turki, sehingga saya pun tidak dapat menjawab ketika beberapa rekan saya bertanya, "Apa yang mau dilihat di Turki sih? Emang apa bagusnya?" Well... i don't know until i found and visualized it my own. But anyway, this name interest me a lot, let me figure it out myself, and i will share to you after all.

Pertengahan Mei 2014 lalu, saya berkesempatan menjejakkan kaki di negara yang berada di dua benua. Yup.. dua benua, Negara Transkontinental, Negara Turki dengan Laut Marmara sebagai penanda bagian kedua benua. Kota Istanbul yang merupakan kota terbesar di negara ini dan diikuti oleh ibukotanya (Ankara) terletak di Benua Asia dan Benua Eropa, sehingga terdapat Istanbul Asia dan Istanbul Eropa dengan Selat Bosphorus sebagai pemisahnya. Tidak mengherankan, Kota Istanbul seolah menjadi pintu gerbang ke Benua Asia maupun Eropa. Secara geografis, Republik Turki dengan Mustafa Kemal Ataturk*) sebagai presiden pertamanya ini memiliki keunikan, baik bentang alam/lanskap yang fenomenal maupun sejarah peradaban yang membentuk budaya mereka. Saya mencoba merangkum beberapa hal hasil perjalanan selama 8 hari di Negara Turki (10 hari dipotong 2 hari penerbangan PP - masing-masing penerbangan kurang lebih mencapai 14-15 jam via Jakarta).

Negara Turki kental dengan perabadan Bangsa Romawi. Hal ini terlihat dari bangunan peninggalan sejarah yang merupakan puing-puing reruntuhan dari sisa Kerajaan Romawi. Bentang wilayah Negara Turki bagian Barat banyak menunjukkan sisa kemegahan Bangsa Romawi pada saat itu. Sebut saja, Kota Canakkale dengan sebutan City of Troy dan Museum Troia-nya, Kota Pergamon (kota tua) dengan bangunan Akropolis-nya, Kota Kusadasi dengan Ephesus-nya, maupun Kota Pamukkale dengan Hierapolis-nya. Lanskap alam yang luar biasa ditunjukkan dari Cotton Castle, bangunan berundak putih dan keras dari hasil pemadatan mineral kalsium karbonat (CaCO3) yang mengalami penebalan 'hanya' beberapa milimeter setiap tahunnya; Cappadocia, sebuah bentang alam menakjubkan dengan bebatuan alam yang muncul dari permukaan akibat erupsi ratusan bahkan mungkin ribuan tahun yang lalu (dapat dinikmati dengan hot balloon air); serta keunikan kota bawah tanah, Kaymakli; maupun berbagai lembah (valley) yang menunjukkan keunikan daerah masing-masing. Sebut saja Goreme Valley, Pigeon Valley, Urgup, dan seterusnya. Sementara itu, Turki bagian Timur umumnya merupakan situs-situs menarik bagi para peneliti, arkeolog, sejarahwan, dan profesi sejenisnya. Dan etnis asli mereka, yaitu Bangsa Kurdi, umumnya menempati wilayah Turki Selatan di Benua Asia.

Negara Turki juga terkenal dengan peninggalan sejarah religius yang sarat dengan bangunan peninggalan cerita-cerita keagamaan. Sebut saja Rumah Bunda Maria (Meryem Ana Evi), Mevlana Muzesi di Konya, Hagia Sophia Museum (bangunan yang dahulunya berfungsi sebagai gereja, kemudian berubah fungsi menjadi masjid, dan kini menjadi museum), serta Blue Mosque di Istanbul.

(One of Icon in Istanbul Heritage Peninsula - Blue Mosque (Sultanahmet Mosque))

Berkunjung ke Negara Turki bukan hanya sekedar menambah list perjalanan saya, namun sebuah pengalaman dan proses belajar kebudayaan yang luar biasa. Tambahan pengetahuan tidak hanya tentang sejarah kekaisaran Romawi pada saat itu (ingat beberapa nama seperti Bizantium, Constantinopel?), ataupun part of pilgrime tourism, bentang alam yang given by nature, komoditas pertanian-perkebunan dan industri (sebut saja karpet dan pashmina Turki), namun juga bagaimana Negara Turki yang sekuler dengan lebih dari 90% penduduk yang menganut muslim berbaur dan menciptakan harmonisasi hidup di tengah masyarakat yang plural dan terbuka dengan modernisasi Asia maupun Eropa.

Selain itu, banyak dari bangunan peninggalan sejarah maupun hasil bentukan alam yang masuk sebagai UNESCO World Heritage Site. Yang mengagumkan adalah bagaimana pemerintah mereka peduli dan memproteksi hal tersebut, sehingga gelar tersebut tetap dipertahankan selama puluhan tahun. Jadi tidak mengherankan jika pada akhirnya, Trip Advisor memberikan peringkat nomor 1 kepada Kota Istanbul sebagai The Best Travelers' Choice Destination in The World 2014 (http://www.tripadvisor.com/TravelersChoice-Destinations-cTop-g1).

Masyarakat Turki, baik kaum wanita maupun prianya berparas menarik dengan pencampuran wajah Arab dan Eropa (Yunani, Spanish, Italian). Meski mereka tidak suka disebut sebagai orang Arab, alasan menurut mereka adalah orang Arab cenderung lebih malas, sementara orang Turki tidak demikian. Keramahtamahan orang Asia juga sangat melekat di masyarakat Turki, kebanggaan serta sikap nasionalisme juga ditunjukkan dengan menggantungnya bendera merah dengan bulan sabit dan bintang (bendera Negara Turki) di beberapa rumah maupun gedung bertingkat. Keingintahuan dan keramahan masyarakat Turki juga terlihat dari tidak segannya mereka (baik kalangan anak muda maupun usia matang) untuk mengajak berfoto bersama dan meminta kita mengirimkan foto via bluetooth ke mobile phone mereka. Bahkan kita baru mengenalnya tidak lebih dari 10 menit yang lalu.

Kecerdasan berhitung dan berdagang mereka layaknya masyarakat China. Kesabaran dan keuletan pedagang Turki juga terlihat dari bagaimana mereka membiarkan kita melihat-lihat tanpa adanya perasaan kesal waktu tidak jadi membeli atau tetap meminta kita untuk masuk dan 'cuci mata' atas apa yang kita sukai tanpa ada perasaan bersalah ketika tidak tertarik membelinya. Berbeda sekali bukan, dengan pedagang acung di beberapa daerah? Yang mungkin sudah bermuka masam karena kita tidak jadi membeli, memaki karena banyak menawar, atau mengikuti kita ke manapun kita pergi berharap kita membeli sedikit dari mereka.

Negara pengekspor keempat buah zaitun terbesar di dunia setelah Spanyol, Italia, dan Yunani ini juga menghasilkan sejumlah tanaman pertanian perkebunan yang tidak umum dihasilkan di banyak negara Asia, sebut saja buah zaitun itu sendiri, lychee, strawberry, 'keluarga' berry, pomegranate (buah delima), bahkan opium (ya opium legal di negara ini). Ketika saya tanyakan perihal legalitas opium, mereka mengatakan bahwa opium di negara mereka digunakan sebatas keperluan medis dan membuat obat-obatan saja dan tidak diperjualbelikan sebagai 'narkoba'.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline