Lihat ke Halaman Asli

Stephanie Anggreinie

Pengajar dan Pembelajar

Peran John Dewey dalam Dunia Pendidikan melalui Teori Experiental Learning

Diperbarui: 17 September 2021   20:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

John Dewey (20 Oktober 1895 – 1 Juni 1952) adalah seorang psikolog, filsuf dan pendidik Amerika yang memiliki peranan penting dalam reformasi dunia pendidikan dan sosial. Meskipun banyak ditentang pada awalnya, pemikirannya membawa perubahan yang besar dalam cara kita memandang pendidikan sampai saat ini.

Salah satu teorinya yang paling terkenal yaitu “experiental learning”, dimana proses belajar dilakukan melalui pengalaman (experience). Salah satu bentuk dari experiental learning ini yaitu hands-on-approach, dimana anak belajar dengan cara bertindak secara nyata atau praktik dalam hal yang diperlajari.

Adapun beberapa ciri dari teori belajar Dewey ini yaitu anak belajar secara aktif (melalui praktik nyata), reflektif (melalui observasi), teoritis (memahami konsep, alasan dan hubungan), serta pragmatis (praktik dan aksi).

Praktik dari metode eksperiental John Dewey sering sekali kita temui dalam kegiatan keseharian, seperti pembelajaran berbasis proyek, studi wisata dan penelitian dimana siswa secara aktif terlibat dalam seluruh proses.

Secara nyata, ada beberapa keuntungan dari penggunaan teori John Dewey dalam pembelajaran seperti: membantu siswa mempelajari sikap, kemampuan dan pola pikir yang baru; belajar secara berkooperasi; serta memacu keterlibatan siswa dalam materi secara aktif dan personal hingga ilmu terserap lebih mendalam.

sumber: wikipedia.org

Dilihat dari berbagai keuntungan yang kita bisa dapatkan dari menerapkan teori ini, tentunya kita ingin segera mempraktikkannya, kan? Eits, tunggu dulu. Teori ini walaupun terlihat menarik sesungguhnya sulit loh untuk dilakukan.

Pertama guru harus beradaptasi dan menukar peran, yang tadinya hanya memberikan pengajaran secara teoritis sekarang harus menjadi pengamat aktif dalam memperhatikan pola pikir murid dan transfer informasi yang terjadi dan sigap memberikan petunjuk akan kesalahan siswa.

Kedua, penerapan dan persiapannya memakan waktu dan biaya. Guru ataupun perancang pembelajaran harus mengeluarkan waktu lebih untuk mempersiapkan materi, menuntun siswa, dan tentunya membutuhkan biaya lebih untuk mempersiapkan materi yang dibutuhkan untuk praktik.

Saya masih ingat waktu sekolah dulu, guru biologi saya pernah memberikan tugas untuk materi perkecambahan dengan percobaan menggunakan kacang hijau. Setiap siswa diminta untuk mempraktikkan, jadi siswa menyaksikan sendiri bagaimana kacang hijau mengeluarkan kecambah. Hal tersebut membuat saya mengingat materi pembelajaran sampai saya besar, jadi ilmu tertanam lebih dalam dibanding hanya membaca materi lewat buku atau mendengar guru berceramah.

sumber: organ1ik.blogspot.com & popspulers.blogspot.id

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline