Sedikit flashback ke masa lalu ketika saya masih kecil, orang tua saya mengatakan bahwa berteman itu tidak boleh pilih-pilih. Hal tersebut membuat saya mengikuti wejangan dari orang tua dengan berteman dengan siapa saja. Teman saya jadi beragam, dari anak tukang kue di pasar dekat rumah sampai dengan anak pejabat pun ada. Kata "jangan pilih-pilih teman" membuat saya memiliki banyak relasi dan dapat belajar banyak hal melalui teman-teman saya.
Namun, pengaruh orang tua terhadap generasi masa kini juga tak kalah dengan pengaruh dari influencer. Tidak sedikit anak muda yang terkadang lebih mendengarkan influencer kesukaannya dibanding orang tuanya (bukan saya loh ya). Sebut saja belakangan ini influencer K mengatakan di sebuah vidcast milik artis N bahwa, "berteman itu harus pilih-pilih, loh! Masa iya yang enggak bener lo temenin juga. " Kemudian, video tersebut ramai di media sosial, membuat beberapa anak muda yang melihatnya, termasuk saya juga menyadari bahwa perkataannya juga ada benarnya.
Sebenarnya, membangun hubungan pertemanan dalam hidup merupakan hal yang basic, saking basic-nya, banyak orang yang mengabaikan hal ini. Pertemanan merupakan hal yang berpengaruh besar terhadap pembentukan pribadi kita semua. Apabila kita salah berteman, maka hal tersebut juga akan berdampak bagi kepribadian kita. Mengambil contoh dari hubungan pertemanan saya di masa lalu, saat itu saya masih ada di bangku SMP, saya berteman sangat dekat dengan seorang perempuan yang berasal dari keluarga biasa-biasa saja, sama seperti saya.
Namun, dia merupakan seseorang yang suka sekali membicarakan orang lain, awalnya saya merasa tidak nyaman karena saya bukan tipikal orang yang seperti itu, tetapi karena dia merupakan teman dekat, saya memutuskan untuk tetap berteman dengannya. Akibatnya, saya ikutan menjadi pribadi yang suka membicarakan orang lain dan hal tersebut berkembang menjadi kebiasaan yang susah hilang-- bahkan sampai saat ini. Pada saat itu, saya tidak menyadari bahwa hal tersebut merupakan hal yang salah karena dalam pandangan saya, selama teman saya memperlakukan saya dengan baik, maka saya bisa menganggap pertemanan itu baik-baik saja.
Lantas, mana yang harus diterapkan?
Nah, kembali lagi pada pembahasan dua pernyataan utama antara, "Jangan pilih-pilih" atau, "Teman itu harus pilih-pilih". Sebenarnya yang terpenting adalah batasan.
Di antara "Jangan pilih-pilih teman," dan "teman itu harus pilih-pilih," tidak ada yang salah karena dasarnya dua hal ini hanyalah pilihan, tetapi memang sangat perlu kejelasan mengenai batasannya. Jangan hanya menyimpulkan kedua pernyataan tersebut mentah-mentah.
Jika kita memilih untuk menerapkan prinsip "Jangan pilih-pilih teman", terapkan batasan seperti apa yang tepat saat membangun hubungan pertemanan, seperti misalnya, kita tidak membatasi diri untuk berteman dengan manusia dari berbagai kalangan, tua-muda, anak petani-anak pejabat. Di samping itu, yang harus tetap dibatasi dan disadari adalah dampak seperti apa yang didapatkan dari pertemanan tersebut, apakah hubungan pertemanan tersebut berdampak baik atau justru sebaliknya bagi kepribadian kita?
Di sisi lain, apabila kita menerapkan prinsip "Teman itu harus pilih-pilih", maka kita juga harus menerapkan batasannya. Misalnya, kita hanya ingin berteman dengan seseorang yang membawa dampak positif pada diri kita maka jangan sampai kita berlaku dingin dan terlihat anti dengan seseorang yang ada di luar tipikal ideal kita untuk dijadikan teman. Ingat ya, kita tetap harus stay humble!
Karena pada intinya, hubungan pertemanan yang baik sangat penting bagi diri kita dan setiap prinsip dalam membangun hubungan pertemanan mempunyai kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Kita bisa mengisi kekurangannya dengan membangun sebuah batasan yang jelas dan bijak untuk mengingatkan diri sendiri atau orang-orang yang kita sayangi.