Lihat ke Halaman Asli

Bali Setelah Cowboys in Paradise

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya berkesempatan liburan ke Bali, awal Mei kemarin di saat daerah itu diguncang isu tak sedap: jadi surga bagi para gigolo, lelaki penghibur. Mengapa Pemda Bali gusar? Apa beda Tanjung Karang di Donggala dan Kuta Bali? Derai tawa Ni Desak tak tertahankan di Terminal Kedatangan Bandara Ngurah Rai, saat saya tanya soal film Cowboys in Paradise. Gadis Bali itu bekerja di salah satu konter layanan informasi hotel. Dengan keramahan khas Bali, ia memesankan hotel Santika di kawasan Kuta Bali. Desak tak sendiri. Pak Putu, petugas taxi yang mengatar ke hotel bilang "Mas, soal gigolo itu, sudah rahasia umum di sini."  Dan, "Justru membuat banyak pengunjung karena penasaran, "kata dia sambil tertawa. Sejak akhir April, bersamaan dengan beredarnya Cowboys in Paradise di You Tube, Bali mendapatkan tumpahan turis yang semula hendak ke Thailand, yang tengah dilanda konflik politik. Film 'Cowboys in Paradise' besutan sutradara asal Singapura, Amit Virmani mampu menggemparkan Indonesia. Film dokumenter ini menuai kontroversi karena mengungkap sisi lain pariwisata Bali, gigolo. Sementara para pelaku yang disebut 'cowboys' dalam film ini membantah disebut sebagai gigolo. Setidaknya begitu pengakuan mereka di hadapan penyidik. Polda Bali bergerak cepat memeriksa mereka-mereka yang terlibat. Pada tahap pertama, tiga  beach boys yang sudah diperiksa adalah Arnold, tokoh yang mengucapkan I Love You di pembuka film, Argo (dipijit oleh para wanita bule) dan Fendy (bermain gitar). Yang terakhir diperiksa adalah Aan,  yang datang dari kampung halamannya di Jawa Timur, memenuni panggilan Polisi. "Saya datang untuk memberikan keterangan yang dibutuhkan, meskipun saat ini ibu saya tengah dirawat di rumah sakit", kata Aan, sebagaimana dikutip koran Bali Post. Kabid Humas Polda Bali, Kombes Gde Sugianyar mengatakan, secara diam-diam Amit mengambil gambar aktivitas anak-anak pantai ini. Di sebuah situs, Amit menjelaskan panjang lebar mengenai film perdananya itu. Dia mengaku telah membuat riset saat berkunjung ke Bali, 2007 silam. "Saya tinggal selama sebulan di Bali dan banyak bertanya dan bertemu banyak orang," kata dia dalam laman itu. Dalam melakukan risetnya, Amit membawa kamera yang biasa dibawa turis untuk merekam sejumlah wawancara. Kuta dan Tanjung Karang Tak ada yang berubah di Kuta, setelah Cowboys in Paradise. "What can i do for you..," sapa beach boys yang bertelanjang dada kepada para turis di Kuta. Mereka, seperti biasa menawarkan sovenir, kacamata, tatoo, layanan selancar serta snorkling. "Kuta sempat sepi tiga hari," kata Dian, penjaja pakaian di kawasan Kuta. Itu pun karena pemda melakukan razia. Menikmati malam minggu yang semarak  di pantai Kuta, saya teringat pantai Tanjung Karang. Pasir Kuta tak lebih baik dari pasir Tanjung Karang di Donggala, yang lebih bersih, putih dan halus. Tetapi, sementara area pantai pasir Kuta dibiarkan kosong, di Donggala bangunan-bangunan merangsek hingga ke bibir pantai. Kini, sedikit saja ruang untuk sekedar berjemur sambil menikmati halusnya pasir Tanjung Karang, yang sensasinya tak kurang nikmat. Bila Pemda Donggala tidak menertibkan bangunan-bangunan itu, sulitlah mendatangkan turis ke sana. Pantai Tanjung Karang berada di Kabupaten Donggala, kurang lebih 37 Km ke arah selatan Kota Palu, Ibu Kota Sulawesi Tengah. Bila bermobil, bisa dicapai kurang dari sejam perjalanan dari Palu. Bagi mereka yang menyukai privasi, di sana ada resort Prince John.

Selain Tanjung Karang, kepulauan Togian di Teluk Tomini menjadi andalam wisata Provinsi Sulawesi Tengah, yang akan menjadi tuan rumah pelaksanaan even wisata Kemilau Sulawesi 2010, bulan Juni ini.

Di Kuta turis dengan bebas tetap menikmati matahari dengan berjemur di pantai berpasir. Di belakang hotel Santika, selain ada kolam renang, taman yang asri, terdapat juga hamparan pantai berpasir putih, tempat tetamu bisa minikmati berjemur. Wisata Danau di Bedugul yang saya kunjungi tetap dipenuhi pengunjung. Demikian juga di kawasan Ubud, turis-turis dengan santai berjalan kaki di sepanjang jalanan. Saya mesti mengantri sebelum mendapat sekuntum bunga harum sebelum masuk Museum seni Maestro Antonio Blanco di Ubud. Sekalipun Film Cowboys in Paradise mendatangkan lebih banyak turis, Pemda Bali tampaknya tidak tinggal diam. Bali memang tengah berusaha menghapus image sebagai destinasi wisata murah. Tentu saja, isu gigolo yang "murahan" dalam film kontroversial ini, dapat semakin memperburuk citra Bali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline