Lihat ke Halaman Asli

STENY MUNTIR

Mengajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di salah satu SMA Katolik

Memahami Tujuan Ujian Nasional

Diperbarui: 10 April 2018   08:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam Permendikbud No. 4 tahun 2018 tentang Penilaian hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan dan Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah, Ujian Nasional berfungsi sebagai pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan; pertimbangan seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; pembinaan dan pemberian bantuan kepada Satuan Pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Berdasarkan Permendikbud di atas kita tentu memiliki persepsi yang sama bahwa Ujian Nasional Berbasis Kertas dan Pensil (UNKP) dan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) bukan tujuan final (final end)dari proses pembelajaran. UNKP dan UNBK hanya salah satu instrumen standar untuk mengukur 'level pencapaian'  para pembelajar. Ia tidak bisa menjadi barometer absolut untuk "menjatuhkan vonis gagal atau sukses" seorang peserta didik.

Kendati demikian, harus diakui bahwa UNKP dan UNBK tetap mempunyai signifikasi dalam pelaksanaan blue-print proses pendidikan formal di sekolah. Karena itu, mekanisme pelaksanaan harus benar-benar berkualitas. Para siswa mesti mempersiapkan diri untuk "melewati" test akhir ini. Tentu, intensinya adalah bukan hanya "mendapatkan" angka (poin) yang bagus, tetapi "mencerap" berbagai problematika secara analitis-kritis sebagai "modal" dalam menggumuli isu kehidupan secara dialektis-kreatif.

SMA Pax Patriae dalam hal ini tenaga pendidikan perlu "menggusur" mind-set klasik bahwa kita belajar "hanya untuk lulus". Manusia belajar sepanjang hayat. Belajar bukan hanya untuk ujian tetapi harus berkesinambungan sepanjang manusia hidup ((continuing learning).  Para pakar pedagogi bereputasi internasional sekalipun tak pernah mengitroduksi "hipotesis" urgesitas Ujian Nasional sebagai tujuan primadona actusmendidik. Pendidikan selalu dikemas dalam bingkai misi pemanusiaan manusia (humanisasi dan civilisasi).

Para siswa SMA yang sedang mengikuti Ujian Nasional tanggal 9-12 April,  meski meraih prestasi optimal, tidak serta merta disimpulkan bahwa mereka telah "menjadi manusia yang beradab". Tak ada korelasi positip antara raihan angka Ujian Nasional dengan "mutu kemanusiaan" seorang individu. Manusia tidak pernah "selesai". Ia selalu dalam proses menjadi (becoming process).

Karena itu, kepada para siswa kelas XII SMA kita titipkan harapan agar "mereka tidak berhenti untuk belajar menjadi manusia". Prestasi kemanusiaan kita tidak dipatok berdasarkan angka matematis, tetapi dari "pancaran kualitas kepribadian" dalam tindakan nyata setiap hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline