Lihat ke Halaman Asli

Stella Zaluchu

Universitas Andalas

Makanan Khas Minangkabau, Randang/Rendang

Diperbarui: 11 Maret 2021   21:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berbicara masalah makanan, negara Indonesia tentu merupakan salah satu dari sekian banyak surganya berbagai macam makanan. Mulai dari makanan ringan, makanan berat, hingga street food yang dapat dijumpai dengan mudah disetiap sudut Indonesia. Dengan adanya keanekaragaman suku dan budaya yang ada, makanan tentu saja menjadi salah satu dari ciri khas sebuah kebudayaan. Salah satu contohnya yaitu randang, atau yang lebih dikenal dengan sebutan rendang, yang berasal dari suku Minangkabau.

Randang awalnya merupakan masakan yang diperdagangkan. Hal tersebut tentu saja menjadikan randang meluas keberadaanya, ditambah lagi dengan kebiasaan orang-orang Minangkabau yang memang sering merantau. Makanan ini sebenarnya pertama kali dimasak menggunakan daging kambing. Tetapi seiring berjalannya waktu, daging sapi ternyata dapat dijadikan sebagai pengganti daging kambing sebagai bahan utama pembuatan randang. Ada juga yang menggunakan bahan lain seperti ayam, telur, paru sapi, dan lain sebagainya

Masakan yang lebih dikenal menggunakan bahan dasar daging sapi ini begitu popular keberadaanya diantara masyarakat Indonesia. Perpaduan antara daging yang dimasak dengan santan dan rempah-rempah menjadikannya sebagai salah satu makanan ternikmat dan pas di lidah orang Indonesia. Selain rasanya yang unik antara asin, pedas, dan gurih, makanan ini dapat dijumpai dengan mudah dimana pun. Mulai dari daerah asalnya sendiri yang dibuat oleh orang asli Minangkabau, hingga bisa dimasak sendiri di rumah dengan resep-resep randang yang tersebar di internet.

Cara memasak randang dapat dikatakan memakan waktu cukup yang lama, sekitar 1 sampai 2 jam. Proses memasaknya dilakukan melalui 3 proses, yaitu :

1. Gulai, dimana semua bahan-bahan randang dimasukkan dan dimasak. Pada proses ini, daging yang digunakan masih memiliki banyak kuah yang berasal dari santan.

2. Kalio, dimana pada proses ini kuah yang ada pada randang sudah banyak berkurang karena diserap terus ke dalam dagingnya. Alhasil randang tersebut menjadi tidak berkuah tetapi masih basah.

3. Randang, dimana setelah menjadi kalio maka daging akan terus menyerap santan dan rempah-rempah hingga menjadi kering dan berwarna hitam dan hal tersebutlah disebut sebagai randang.

Karena tekstur randang yang tidak terlalu basah atau bahkan kering tersebut, maka randang menjadi makanan yang dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Randang dapat bertahan berbulan-bulan lamanya tanpa busuk atau basi.

Di Minangkabau sendiri, randang menjadi salah satu makanan yang wajib ada diberbagai kesempatan. Contohnya saat acara pernikahan dan acara adat Minangkabau lainnya. Oleh karena itu, resep dan cara memasak randang terus diturukan dan dilestarikan secara turun-temurun.

Credit :

https://www.researchgate.net/publication/335477946_Relevansi_Masakan_Rendang_dengan_Filosofi_Merantau_Orang_Minangkabau

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline