Memiliki pengalaman pekerjaan tentu menjadi sebuah pengalaman yang berharga bagi kebanyakan orang. Entah dalam bidang apapun kita kenal istilah "Boss". Berbagai karakter tentang Boss tentu juga beragam. Kali ini saya ingin menceritakan pengalaman teman saya yang saat ini bekerja di sebuah perusahaan kontraktor di salah satu kota di Jawa Tengah. Yang bergerak pada jasa perawatan (maintenance) pada peralatan industri.
Sebut saja teman saya Aven, dia lulusan Tehnik Arsitek dari Universitas ternama di Jakarta. Pengalaman dan jam terbangnya sangat mumpuni, namun karena sesuatu hal terjadi pada orang tuanya, ia memutuskan untuk kembali ke kampung halaman. Agar bisa dekat dengan orang tua, begitu alasannya. Karir dan jabatan yang ia miliki dilepas begitu saja, dengan pemikiran "uang masih bisa dicari, tapi kesempatan merawat orang tua yang sakit-sakitan mungkin tidak akan bisa terulang" begitu ungkapnya.
Saya cukup kagum dengan pemikirannya demi orang tua ia rela melepaskan semua karir jabatan bahkan gaji yang lumayan besar demi mengurus orang tua. Karena saya yakin, tidak semua orang mampu mengambil keputusan yang begitu berat, memilih karir atau pun orang tua.
Pada awal masa kerja di perusahaan yang baru, si Boss sangat memuja-muja teman saya ini, fasilitas pun tak tanggung-tanggung, salah satu mobil operasional kantor diberikan pada teman saya. Meski teman saya sudah menolak karena merasa tidak enak dengan karyawan yang lain. Namun Boss bersikeras dan berujar, "Kan saya Boss nya, suka-suka saya donk mau bagaimana?" Akhirnya karena tidak mampu untuk menolak lagi, teman saya dengan sangat terpaksa membawa salah satu mobil operasional kantor.
Tentu saja dibalik peristiwa itu semua, timbul kecemburuan bagi karyawan yang lain, belum lagi kedekatan Boss pada teman saya itu. Kemanapun pergi selalu teman saya yang diajak, seolah "lagi senang sama barang baru" karena Boss mengacuhkan karyawan yang lainnya. Hal ini berlangsung hanya beberapa bulan saja
Boss mulai mendengar bisikan-bisikan dari karwayan yang lain, yang merasa tidak seberuntung teman saya. Dan terpengaruh, sikap Boss menjadi berubah, fasilitas langsung ditarik, tanpa alasan yang jelas, kembali lagi berujar "Saya kan Boss nya jadi suka-suka saya mau bagimana" Kok seperti anak kecil ya? Tapi begitulah sikap Boss teman saya itu.
Dan lagi, job desk masing-masing karyawan tidak ada kejelasan. Misal, Boss memberi mandat untuk melakukan sesuatu pada A, namun B juga melakukan tugas yang sama, karena B lebih dahulu menyelesaikan, maka B yang dipuji. Seolah serobot menyerobot menjadi hal yang biasa disini. Tapi dampaknya sangat tidak baik, karena ada persaingan yang tidak sehat. Hal ini tentu menjadi kebingungan pada setiap pekerjaan, karena tidak ada koordinasi yang baik.
Ternyata memang begitulah sifat Boss. Cerita seperti itu diungkapkan juga oleh beberapa teman saya lain yang pernah bekerja di perusahaan tersebut. "Orangnya memang begitu, gampang percaya sama orang, asal ada cerita masuk, entah bagaimana kebenarannya, ya dia langsung percaya. Siapa yang bercerita pertama kali itulah yang dia percaya. Kalo ada karyawan yang tidak sesuai seperti yang dia mau, yauda langsung diacuhkan. Sudah banyak contoh si. Ya suka-suka nya Boss lah"
Suatu ketika ada projek baru yang kira-kira pekerjaannya sangat bergantung pada teman saya ini. Namun karena arogansi Boss, tetap tidak mau memberi banyak tanggung jawab pada teman saya. Pilihan Site Manager jatuh pada karyawan lain yang memiliki latar belakang Sarjana Ekonomi, yang sama sekali tidak paham dunia per proyekan. Mulai dari menghitung volume besi, menghitung berapa banyak material yang dibutuhkan, membuat daily report, rapat dengan klien, semua dilakukan oleh teman saya. (Tidak mau memberi tanggung jawab, tapi harus mengerjakan semua perkerjaan yang ada?)