CINTA SELALU MENANG
Dalam hidup pasti ada banyak rintangan yang harus kita lewati untuk mencapai suatu kebahagiaan. Ketika seseorang hidup tanpa rasa bahagia, dia akan merasa sangat stress dan tertekan. Tekanan dapat menimbulkan depresi yang menurunkan kesehatan manusia. Manusia akan menjadi rentan terhadap sejumlah penyakit. Ketika seseorang mengalami depresi, mereka akan lebih berisiko mengalami serangan jantung dan juga kematian.
Kemampuan setiap orang menyelesaikan masalah dan segala rintangan yang dilalui berbeda-beda. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan yang beragam dan masalah yang mereka lalui pun berbeda. Oleh karena itu kita membutuhkan sesuatu untuk memberikan kita kekuatan serta tujuan hidup agar tidak mudah menyerah. Hal yang membuat semua manusia kuat. Hal yang membuat manusia sanggup melalui segala rintangan yang dilalui yaitu cinta. Kita akan bisa melalui semua rintangan bila ada cinta. Ketika kita mengalami masalah saat kerja namun kita sangat cinta dengan pekerjaan itu, maka kita akan berusaha sekuat mungkin agar rintangan dapat kita lalui. Ketika kita berselisih dengan keluarga, teman, atau pasangan kita, kita bisa melalui rintangan ini karena kita ingat bahwa kita mencintai mereka.
Rintangan hidup dan masalah-masalah hidup yang membebani manusia dan menghambat dalam mencapai kebahagiaan serta cinta yang menguatkan kita dapat ditemukan pada tokoh Tinung dalam novel Ca-Bau-Kan yang akan disingkat menjadi CBK. Semua masalah yang dihadapinya berawal dari umpatan atau selentingan dari masyarakat di desa dia karena dia mengalami keguguran dan suaminya yang meninggal. Tinung pun didesak Ibunya untuk pergi melacur di Kalijodo bersama Saodah yang merupakan adik sepupunya untuk mengais rezeki. Saodah telah berkecimpung dalam dunia pelacur selama bertahun-tahun. Pada saat hari masih terang, dia akan menarikan cokek di atas perahu dan menyanyikan lagu-lagu klasik tiongkok dan pada saat matahari tenggelam dan para wanita lainnya telah pergi, dia akan memperoleh nafkah dengan memberikan tubuhnya.
Tinung mulai dengan memperhatikan Saodah saat bekerja dan akhirnya dia memulai babak barunya pada malam hari. Satu hari, dua hari, tiga hari, dan seterusnya, dia terus dicari dan di beri julukan 'Si Chixiang' yang berarti sangat masyhur dan dicari-cari. Hingga pada suatu malam, seorang setengah baya bernama Tan Peng Liang, mencari Tinung. Tan Peng Liang menyukai Tinung sehingga Tinung di simpan olehnya di Sewan, Tangerang. Namun tak lama, dia menyadari bahwa dirinya hamil sebab dia tidak mengalami haid selama 4 bulan.
Tinung berusaha untuk kabur dari rumah Tan Peng Liang karena dia melihat betapa kejamnya Tan Peng Liang. Dia kabur kembali ke Kalijodo dan lanjut bekerja sebagai CBK disana. Pada malam harinya, centeng Tan Peng Liang yang diutus segera mencari dan menemukan si Tinung dan bergegas menangkapnya. Namun, ternyata Tinung sedang melayani seorang Shang Tung yang terkenal kemampuan bertarungnya. Centeng Tan Peng Liang pun gagal menangkap Tinung dan kalah oleh Shang Tung. Kemudian Tinung bertemu dengan seseorang bernama Tan Peng Liang juga yang berasal dari Gang pinggir Semarang.
Tinung dan dia jatuh cinta dan menikah. Namun, setelah kepergian suaminya ke Macau, Tinung ditangkap dan dijadikan jugun ianfu atau tahanan birahi oleh tentara Jepang pada perang dunia ke 2. Meski begitu, Tinung berhasil mencapai salah satu kebahagiaannya dengan memiliki rumah beratap. Sayangnya masalah masih berlanjut dan semakin parah ketika mendapat kabar bahwa suaminya meninggal sebab diracuni orang dan adanya wanita membawa anaknya mengaku bahwa dirinya adalah istri gelap dari suaminya. Tinung pun akhirnya meninggal akibat jatuh dari tangga rumahnya dan tidak tertolong oleh dokter.
Tinung masih dapat merasakan kebahagiaan karena cinta selama hidupnya. Meski dalam perjalanan hubungan Tinung dan Tan Peng Liang (suaminya) terdapat banyak hambatan, mereka masih terus berlangsung hubungannya karena cinta. Meski Tinung stress karena mandul dan tidak bisa memberi anak kepada suaminya, suaminya masih mencintai Tinung dan Tinung bisa melalui malam harinya dengan tenang di dalam pelukan suaminya. Pada akhirnya, semua perjuangan dan masalah yang Tinung alami lah yang membawa Tinung menuju kebahagiaannya. Tanpa adanya masalah-masalah yang dia hadapi itu, dia tidak akan pernah maju. Tidak pernah bertemu Tan Peng Liang yang begitu mencintainya. Yang menjadi alasan dia mampu bertahan sampai nafas terakhirnya.
Dari sinopsis di atas, dapat kita lihat bagaimana perjuangan Tinung dalam mencapai kebahagiaannya. Tinung harus menghadapi tekanan yang sangat berat baik dari dalam dirinya maupun dari faktor lingkungan disekitarnya. Banyak situasi dalam novel ini mencerminkan apa yang terjadi di kehidupan nyata. Perselisihan antara suami dan istri dalam kehidupan nyata sampai saat ini masih dapat kita lihat. Kekacauan yang terjadi dalam rumah tangga masih dapat kita jumpai. Bagaimana kata-kata dan omongan orang disekitar kita dapat mempengaruhi hidup dan berdampak besar bagi kita masih kita alami.
Tidak ada hubungan tanpa hambatan. Bahkan dalam hubungan keluarga yang telah bersama begitu lamanya, selalu saja ada perselisihan. Namun cinta selalu memperbaiki keadaan. Ketika kita mencintai seseorang, meski terjadi konflik dan merasa kesal, kita akan kembali teringat kenapa kita mencintai orang itu. Kita akan mengingat bahwa dia adalah orang yang kita sayangi. Pada karya Remy Sylado yang ini, beliau mengangkat kehidupan rumah tangga dan sulitnya hidup.
Terlihat pada halaman 356 hingga 357 terjadi perselisihan antara Tinung dan suaminya karena keinginan yang berbeda. Tidak hanya hingga suaminya yang marah menepis tangannya, namun Tinung didorong oleh suaminya kuat hingga terjatuh. Bagian ini dapat dilihat pada kalimat;