Lihat ke Halaman Asli

Stefanus Rahoyo

Mantan Guru

Bahasa (Tulis) dan Cara Pikir Kita

Diperbarui: 5 Januari 2022   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Kita menuntut para siswa apalagi mahasiswa berbahasa tulis dengan baik dan benar bukan supaya mereka menjadi ahli bahasa. Bukan! Tidak perlu lagi tidak mungkin semua siswa dan mahasiswa kelak menjadi ahli bahasa. Lalu, untuk apa dan mengapa para siswa dan mahasiswa itu harus dilatih berbahasa tulis dengan baik dan benar?

Bahasa tulis Anda menunjukkan cara pikir Anda. Bila bahasa tulis Anda sistematis, terstruktur, jelas, jernih; bisa dipastikan cara pikir Anda juga sistematis, terstruktur, jelas, jernih. Sebaliknya, apabila bahasa tulis Anda amburadul, tidak terstruktur, ruwet, mbulet; cara pikir Anda pun seperti itu.

Perlu kajian ilmiah, memang. Tetapi, karena cara pikir bisa dilatih, cara menulis juga bisa dilatih dan antara cara berbahasa tulis seseorang dengan cara pikir seseorang saling berhubungan; melatih bahasa tulis siswa dan mahasiswa sesungguhnya sekaligus melatih cara berpikirnya, yaitu membiasakan mereka berpikir sistematis, logis, terstruktur, jelas, jernih. 

Tidakkah semua profesi apa pun kelak membutuhkan cara pikir yang seperti ini? Jadi, di sinilah pentingnya melatih siswa dan mahasiswa berbahasa tulis dengan baik dan benar.

Bahasa tulis Anda menunjukkan cara pikir Anda.

Apa yang sekarang terjadi? Coba baca gambar hasil "tembak layar" yang saya cantumkan. Ini adalah tulisan seorang mahasiswa yang sedang menulis skripsi. Baru membaca sepotong paragraf saja, saya merasa pusing dibuatnya. 

Bagaimana kalau harus membaca 19 halaman untuk satu bab saja? Harap maklum bila para dosen pembimbing skripsi itu frustrasi! (Pembimbing skripsi yang benar, tentu saja!).

Begitupun, sesungguhnya saya bisa menghibur diri. Jangankan tulisan mahasiswa yang sedang menulis skripsi. Baru-baru ini saya membaca tulisan seorang dosen yang telah terbit di jurnal. Bahasanya juga setali tiga uang dengan tulisan mahasiswa ini. Ruwet, melompat-lompat!

Jadi, bagaimana?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline