Lihat ke Halaman Asli

Save Indonesia

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Mata Bustomi yang mengarah ke Gabriel membuatnya melakukan terobosan kepada penyerang yang sudah mengoleksi 5 gol itu. Gabriel mendapat umpan lalu mengontrol bola dan melewati Andre Santos . Setelah itu, bola ditendangnya dengan sekuat tenaga dan membentur pinggang David Luiz. Bola berubah arah dan Cesar mati langkah. Gabriel pun membuat kedudukan menjadi imbang 1-1.” Itu merupakan sebuah penggalan cerita dari sebuah novel berjudul Menerjang Batas hasil karya dari seorang bernama Estu Ernesto. Itu adalah sebuah imajinasi penulis tentang Indonesia yang sukses mencapai final Piala Dunia 2014 menghadapi tim tuan rumah Brazil namun harus mengakui keunggulan tim tuan rumah dengan skor 1-2.

Hal diatas memang hanyalah sebuah mimpi, harapan, dan cita-cita. Setiap lapisan masyarakat memimpikan Indonesia berjaya, gagah perkasa di dunia internasional seperti yang telah dicontohkan oleh penulis. Lihatlah, bagaimana mungkin Indonesia bisa mencapai final piala dunia dengan mengalahkan lawan-lawan tangguh seperti Belanda, Jepang, Perancis, dll? Realita berbicara bahwa kita hanya sekali tampil di piala dunia di tahun 1930, itupun negara kita masih bernamakan “Hindia Belanda” yang masih dalam genggaman Belanda. Setelah merdeka, praktis kita masih belum cukup tangguh untuk menembus kompetisi tertingggi di dunia sepakbola. Kita juga belum cukup tangguh di kompetisi sepakbola Asia Tenggara, kita selalu saja kalah dari Thailand maupun Malaysia. Harusnya, kita harus lebih tangguh dari mereka berdua.

Sayangnya, negara kita bukan hanya kalah dalam hal sepakbola namun juga dalam banyak hal. Ironis memang, kita diberi karunia berlimpah dari Tuhan yaitu sumber daya alam yang melimpah, laut yang luas, terdiri dari banyak pulau, sumber daya manusia juga tak kalah berlimpah yaitu sekitar 230 juta penduduk dari Sabang sampai Merauke. Indonesia bahkan disebut oleh beberapa orang di dunia sebagai belahan dari Benua Atlantis . Konon, benua itu merupakan benua yang mempunyai peradaban tinggi yang diimbangi dengan kekayaan sumber daya alam, tapi karena suatu sebab benua tersebut tenggelam dan hilang dari peta dunia. Kita patut bangga bila disandingkan dengan Atlantis.

Pada masa Hindhu-Buddha, negara kita terdiri dari kerajaan-kerajaan tangguh seperti Mataram, Sriwijaya, Singosari, Kutai, Majapahit , dan lain-lain. Kerajaan-kerajaan tersebut tentu saja punya ambisi dalam hal perluasan wilayah. Dari nama-nama kerajaan itu, Sriwijaya dan Majapahit sanggup menguasai seluruh nusantara bahkan menginvasi negara lain seperti Laos, Thailand, Vietnam. Sebuah pencapaian luar biasa dari bangsa kita. Zaman pun berubah, Sriwijaya dan Majapahit perlahan lenyap oleh waktu dengan meninggalkan jejak. Negara-negara Eropa sudah mulai mengendus keharuman nusantara . Keharuman dari rempah-rempah memikat hati bangsa lain yang letaknya jauh dari Indonesia mulai dari Portugis, Inggris, Belanda, Perancis, hingga Jepang. Kita begitu gampang menerima undangan mereka padahal maksud mereka adalah menjajah. Fakta berbicara, bangsa kita terjajah selama 350 tahun. Wow, butuh waktu sedemikian banyak baru kita bisa merdeka.

17 Agustus 1945, hari bersejarah buat bangsa Indonesia. Semua lapisan masyarakat serempak berkata “MERDEKA!” . Masyarakat sudah bisa lega karena bangsa asing berhasil diusir . Indonesia telah berjuang melepaskan cengkeraman yang telah menyiksa dirinya. Indonesia seharusnya diuntungkan untuk dapat mengatur negara sendiri tanpa harus ada paksaan dari negara lain sehingga bisa memajukan negara. Ir. Soekarno adalah orang yang pertama kali memimpin bangsa Indonesia. Masa pemerintahannya selalu diisi dengan semangat perjuangan yang dikobarkan oleh beliau. Lewat beliau, negara kita berani melawan Malaysia bahkan negara adidaya AS dibuat gemetar oleh gertakan beliau. Kemudian, tongkat kekuasaan beralih kepada Soeharto yang dikabarkan secara tidak langsung mengkudeta Soekarno. Selama pemerintahannya Indonesia mendapat julukan “Macan Asia” . Hanya 2 nama itu yang sanggup membawa Indonesia bermartabat di antara bangsa-bangsa.

Setelah itu bahkan sampai sekarang, negara kita masih kalah dibanding negara lain. Kita juga memiliki peradaban yang bagus di masa lampau. Bandingkan dengan negara-negara Eropa yang minim peradaban tapi bisa menjadi benua yang paling maju. Benua Australia dahulu merupakan tempat pembuangan para penjahat, namun lagi-lagi bisa melampaui negara kita. Lambang negara kita yaitu burung garuda hanyalah sebuah lambang. Kita belum mampu terbang lebih tinggi seperti burung garuda. Malaysia dan Singapura yang dahulu tertinggal jauh kini mereka bisa melampaui kita bahkan lebih. Padahal, wilayah mereka kecil sekali dengan ketersediaan sumber daya alam dan manusia yang kurang. Mengapa mereka bisa tumbuh lebih pesat? Jawabannya cuma satu yaitu : SDM(Sumber Daya Manusia).

Suatu negara dikatakan berhasil apabila mampu memberdayakan manusia dengan baik dan berkualitas. Kekayaan sumber daya alam tidak menjadi jaminan negara itu berhasil apabila kualitas SDM yang dimiliki masih belum memadai. Yah, kita ambil contoh saja negara kita ini. Seharusnya, Indonesia mampu menjadi bangsa yang sukses dengan segala kekayaan yang ada. Kita juga seharusnya mampu menyaingi negara-negara kuat seperti Jepang, Amerika Serikat, Cina, dan sebagainya. Namun, realita yang ada kita belum mewujudkan cita-cita itu. Permasalahan-permasalahan seperti kemiskinan, konflik, terorisme , dsb masih menjamur di bumi nusantara ini. Para pejabat pemerintahan yang mengatur negara ini nampaknya masih belum membuka mata dan hati untuk bangsa ini. Mereka silau dengan harta, kekuasaan, dan wanita walaupun tidak semuanya. Akibatnya, masih banyak masyarakat kita yang belum sejahtera.

Korupsi. Kata itu menjadi momok bagi bangsa kita. Bertahun-tahun para pejabat ditangkap karena terbukti melakukan hal semacam itu. Mereka tergiur dengan yang namanya uang. Uang memang hanyalah benda mati, tapi bernilai sangat luar biasa. Uang logam yang bertuliskan 100 rupiah saja bisa sangat bermanfaat buat orang yang tidak mampu, apalagi bertuliskan 100 ribu rupiah. Wih, pasti semua orang mendambakan mengoleksi uang tersebut. Semua orang rentan terkena korupsi, bahkan orang terdidik pun bisa korupsi. Seperti yang terjadi akhir-akhir ini yang menimpa Rudi Rubiandini dimana beliau adalah mantan rektor ITB. Sungguh mencengangkan bukan?

Tidak hanya korupsi saja, bangsa kita juga tersandung masalah persatuan. Banyak sekali konflik antar suku, antar agama, antar ras, dan masih banyak lagi. Sedih sekali bila mengetahui hal tersebut. Kita sepertinya mengabaikan sila ketiga Pancasila . Kasus paling berat misalnya ormas FPI. Mereka senang sekali membuat kekacauan, kekerasan yang merugikan banyak orang. Padahal, agama mereka tidak mengajarkan kekerasan sama sekali. Setiap agama pasti tidak suka mengajarkan tentang kekerasan. Apakah dengan itu kita pantas dijuluki negara kesatuan? Sudah pasti jawabannya belum.

Begitulah Indonesia. Indonesia gagal menjadi negara maju karena ulah manusianya sendiri. Bangsa kita seharusnya malu pada diri sendiri dan juga seharusnya sadar diri bahwa hal-hal tersebut tidak benar. Indonesia harus benar-benar berubah. Wajah yang nampak lemah, kusut, kotor harus diganti dengan wajah perkasa, cerah, bersih, menatap masa depan yang lebih baik. Kita juga perlu belajar dari bangsa Jepang dimana mereka mampu bangkit dari bencana bom atom yang melanda beberapa tahun silam. Jepang menjelma menjadi raksasa Asia saat ini bahkan mampu menyaingi Amerika Serikat. Manusia-manusia Indonesia wajib mengasah hati nurani khususnya para pejabat yang mengatur negara ini menjadi lebih peduli dan bijaksana dalam memberikan keputusan. Mutu pendidikan di negara ini wajib ditingkatkan supaya kelak tunas-tunas bangsa mampu membawa kemajuan bangsa. Lalu, tuntaskan korupsi hingga ke akar-akarnya dan berikan juga pendidikan anti korupsi pada setiap instansi yang ada. Tidak lupa, galakkan terus semangat persatuan di negeri ini. Persatuan akan membawa kita bersama-sama membangun negara ini menuju masa depan lebih baik. Bangkitlah Indonesiaku! Jayalah negeriku! Tuhan memberkati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline