Menurut Victoria Montjoy ketika suatu ruang dirancang dengan memperhatikan setiap kebutuhan khusus tumbuh kembang anak, ruangan tersebut akan sangat membantu tumbuh kembang anak dalam hal fisik, mental, kemampuan sosialisasi, kreatifitas dan lain sebagainya. Ditambah dengan isu yang menjadi perhatian saat ini, karena dampak pandemi dan kemajuan zaman, anak-anak pada era ini lebih banyak menghabiskan waktu untuk mencari pengetahuan dan ekplorasi melalui gadget mereka yang menyebabkan proses belajar untuk berekplorasi secara real dan fisik berkurang.
Oleh karena itu perlunya rencana dan konsep perancangan ruang yang dapat mengakomodasi dan menjawab permasalahan diatas. Dan salah satu konsep perancangan yang mudah dan sudah ada sejak tahun 1999 untuk menjawab kebutuhan ini adalah konsep Child-Friendly Space.
Child Friendly Space atau CFS merupakan konsep yang sudah ada dari tahun 1999. Konsep ini atau lebih tepatnya gerakan CFS dibuat oleh UNICEF untuk memenuhi kebutuhan anak-anak untuk belajar, bermain dan mendapatkan rasa aman disaat dunia mengalami krisis (keadaan saat / setelah perang, pandemi, krisis uang dan krisis lainnya yang dimana hak anak-anak terancam). Program yang disediakan gerakan ini ada beberapa hal salah satunya penyediaan tempat yang akan memfasilitasi anak-anak untuk bermain, belajar, dan beristirahat. Jika gerakan CFS ini dijadikan konsep untuk merancang ruang maka konsep ini akan membuat kita belajar dan mengenal anak-anak jauh lebih baik. Setelah itu kita menganalisis apa saja yang menjadi kebutuhan utama anak-anak, kebiasaan apa saja yang mereka lakukan, dan solusi apa yang terbaik untuk menunjang proses tumbuh kembang mereka. Berikut beberapa poin dari konsep CFS yang dapat menjadi acuan awal:
1. Spatial-Flexibility
ruang gerak yang luas dan tidak membatasi proses kreatif dan ekplorasi anak-anak. Hal ini akan berpengaruh kepada perancangan ruang apa saja yang dibutuhkan serta berhubungan dengan sirkulasi gerak dan fleksibilitas furniture (dimana mereka dapat Menyusun, menggeser, ataupun menata ulang untuk melakukan kegiatan ekplorasi dan kreatifitas mereka tetapi tetap aman dan nyaman saat digunakan). Untuk anak-anak yang berumur balita - SD mereka akan lebih sering melakukan aktivitas eksplorasi yang dimana mereka akan menjelajahi tiap sudut ruang yang ada, sehingga sirkulasi gerak yang mereka butuhkan jauh lebih besar.
2. Display, Storage, Support (Furniture)
Menyediakan perabot display ataupun perabot pendukung yang memenuhi kebutuhan anak-anak serta menunjang proses kreatif dan eksplorasi. Oleh karena itu, pemilihan material, warna yang dapat mempengaruhi psikologis anak agar aktif dan ceria seperi warna merah, kuning, dan biru, serta bentukan seperti bentuk geometri (lingkaran, segitiga, persegi) dan organic (daun, hewan, dan lain sebagainya), hingga struktur dan cara kerja perabot kemudian penataan yang fleksibel dapat memicu daya tarik anak-anak untuk melakukan ekplorasi, dari perabot ini. Contohnya meja berbentuk hewan dengan warna cerah untuk anak usia 5 tahun, akan membuat anak tersebut betah menggunakan meja tersebut untuk beraktivitas. selain dari warna kita juga perlu memperhatikan keamanan dari perabot yang disediakan, pengaman yang tepat dan lain sebagainya.
3. Dekorasi
Pembangunan suasana ruang yang menunjang kenyamanan dan meningkatkan produktifitas serta semangat anak-anak saat bermain dan belajar. Hal ini akan diterapkan pada elemen pembentuk ruang seperti dinding, pintu, pencahayaan yang dipakai (dimana tiap macam cahaya yang digunakan dapat mempengaruhi mood serta emosi anak-anak contohnya cahaya putih yang terang dapat membantu anak-anak untuk meningkatkan mood mereka saat belajar, dan warna cahaya yang soft dapat membuat anak-anak merasa nyaman dan aman), dan memiliki hubungan dengn warna dan pengaruh psikologi desain pada ruangan.