Lihat ke Halaman Asli

Stefani

Stefani

Experiential Learning Theory (David Kolb)

Diperbarui: 10 Desember 2021   21:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

David Allen Kolb lahir di Amerika pada tahun 1939. Beliau adalah seorang teoretikus pendidikan. David Kolb adalah seseorang yang sangat tertarik tentang humanistik. Aliran David Kolb ini lebih melihat pada sisi perkembangan manusia. Kolb memperoleh gelar BA dari Knox College pada tahun 1961 dan gelar MA dan Ph.D. dari Harvard University pada tahun 1964 dan 1967. Pada awal tahun 1980an David berhasil mengembangkan teori Experiential Learning Theory (ELT) yang menekankan pada sebuah model pembelajaran yang holistik dalam proses belajar. Model experiential learning bertujuan mengarahkan dan membimbing siswa untuk memandang secara kritis kejadian yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan melakukan penelitian sederhana untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kemudian menarik kesimpulan bersama.

Teori Experiential Learning Kolb (1984) menggambarkan sebuah siklus yang memuat empat elemen, yaitu: 1. Concrete experience (emotions) yaitu, siswa belajar melalui perasaan (feeling), dengan menekankan segi-segi pengalaman kongkret, lebih mementingkan relasi dengan sesama serta sensitivitas terhadap perasaan orang lain. 2. Reflective observation (watching) yaitu, siswa belajar melalui pengamatan (watching), penekanannya mengamati sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari hal-hal yang diamati. 3. Abstract conceptualization (thinking) yaitu, siswa belajar melalui pemikiran (thinking) dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide, perencanaan sistematis, dan pemahaman intelektual dari situasi yang dihadapi. 4. Active experimentation (doing) yaitu, siswa belajar melalui tindakan (doing), cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, berani mengambil resiko, dan mempengaruhi orang lain lewat perbuatannya. Ada 4 gaya belajar dari Experiential Learning Theory. Dibawah ini akan dijelaskan satu per satu.

Pertama, gaya Diverger merupakan kombinasi dari perasaan dan pengamatan (Feeling and Wathing).  Pendekatannya yakni lebih mengamati dan bukan "bertindak". Tipe Diverger biasanya melihat situasi konkret dari banyak sudut pandang yang berbeda. Kedua, gaya Assimilator merupakan kombinasi dari berfikir dan mengamati (thinking & watching). Tipe Assimilator biasanya mempunyai kelebihan dalam memahami berbagai informasi serta merangkumnya ke dalam suatu format yang logis, singkat , dan jelas. Ketiga, gaya Converger merupakan kombinasi dari berpikir dan berbuat (thinking & doing). Tipe Converger biasanya ahli dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Keempat, gaya Accommodator merupakan kombinasi dari perasaan dan tindakan (feeling and doing). Tipe Accomodator biasanya belajar dengan sangat baik berlandaskan pengalaman pribadi.

Ada beberapa kelebihan dalam menerapkan Experiential Learning di kelas anak usia dini yaitu, meningkatkan rasa percaya diri anak, meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan teman sebaya atau pun yang dengan yang lebih tua, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan pengambilan keputusan, serta meningkatkan komitmen dan tanggung jawab anak dalam proses belajar mereka. Selain kelebihan, ada pula kekurangan Experiential Learning di dalam kelas yaitu, model belajar ini membutuhkan persiapan yang matang baik dari guru mau pun dari sisi anak didik. Model ini juga memerlukan waktu yang relatif lebih panjang dari kelas biasa untuk memaksimalkan anak-anak dapat leluasa belajar dan eksplorasi hal-hal baru.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline