Baru saja minggu lalu kita semua dikagetkan pernyataan Pak Luhut Pandjaitan soal big data yang dimilikinya, terkait dengan keinginan warga netizen untuk bisa meneruskan presiden sekarang hingga 3 periode.
Kita tarik pelajaran positifnya ya. Pertama, bicara berdasarkan DATA. Sangat penting bagi kita semua, terutama pejabat publik untuk bicara berdasarkan data. Jadi memang benar sekali, kemungkinan data 110 juta (hampir 50 persen jumlah penduduk Indonesia) bisa jadi benar datanya ada. Cuma jangan lupa, dari 110 juta itu, berapa banyak akun netizen yang double, mungkin malah lebih dari 20-30%. Karena sangat umum kita membicarakan sesuatu di sosial media dengan menggunakan banyak akun yang dipegang oleh satu admin.
Ini yang memusingkan. Karena memang kenyataannya, jumlah pengguna handphone smartphone kita saja hingga 150% dari jumlah populasi, asumsi 230 juta, no smartphone nya hingga 330juta. Kita lihat sekitar kita banyak orang memegang lebih dari satu nomor smartphone, dan sangat mungkin otomatis juga punya multiple akun sosial media.
Menangkap data dari gerakan bicara netizen memang kerap dilakukan pejabat publik kita, terutama untuk menangkap tren diskusi maya yang terjadi.
Kedua, setelah data bisa dipercaya, maka faktor yang tidak kalah pentingnya adalah keamanan, SECURITY. Bila benar yang bicara 110 juta netizen, berapa banyak yang bisa dipercaya dan benar-benar adalah orang, bukan mesin (bot). Kebanyakan dari akun yang ada sekarang adalah akun bot. Akun yang dibuat secara otomatis, dan dibuat untuk melakukan banyak hal, mulai dari follow (mengikuti), mengirimkan update (send update), hingga menjawab (reply). Bot ini yang kerap digunakan juga oleh para influencer untuk meningkatkan trafiknya. Dan umumnya berdasarkan tren tema tertentu.
Keamanan akun sosial media kita memang harus menjadi prioritas, karena kenyataannya rata-rata orang Indonesia mengakses sosial media hingga 3.5 jam per hari. Hampir setengah dari waktu kerja kita gunakan untuk mengupdate sosial media.
Mempercayai DATA adalah memang sangat penting, tapi jauh lebih penting memastikan aspek SECURITY atas data. Ini yang menjadi fokus kita dimanapun beraktifitas dengan teknologi informasi .
Ini juga yang menjadi fokus bagi tiap implementasi sistem berbasis CLOUD. Keamanan DATA menjadi faktor utama. Jadi apabila kita menggunakan sistem cloud, pastikan mereka memiliki zona data center di Indonesia, bukan di luar negeri. Dengan adanya zone data center di dalam negeri, maka kita akan dapat jaminan keamanan terkait hukum Indonesia.
Bila gunakan sistem berbasis cloud yang masih ada di luar negeri, maka bila terjadi kebocoran DATA, akan sangat sulit untuk dibawa kasusnya ke pihak berwenang, karena keterbatasan hukum kita. Ini dikenal dengan konsep DATA LOCALIZATION. Dan banyak negara menerapkan ini bukan hanya Indonesia.
Setelah data localization, berikutnya pastikan vendor penyedia, dan anda sendiri memiliki tim yang mengerti konsep dan implementasi IT Security. Bila gunakan cloud, maka harus mengerti keamanan terkait Cyber Security.
Dalam Asosiasi Pemimpin Digital Indonesia (APDI) terdapat hingga 18 departemen, dan salah satunya adalah Departemen Data Management & Security. Jelas pemikiran yang sangat tepat, karena data management dan security adalah tidak terpisahkan. Pastikan para pemimpin anda memiliki pemahaman yang baik tentang manajemen data dan manajemen keamanan yang harus diikuti sesuai dengan standar global dan pemerintah. Itulah peran APDI yang akan membantu para pemimpin digital di Indonesia.