Dalam jalan-jalan pagi kemarin, saya memperhatikan satu hal menarik. Batang bambu yang menopang pohon mengkudu.. Saya melihatnya dan memikirkannya.
Lalu saya mulai berpikir, sejak kapan batang bambu kecil itu menopang pohon mengkudu ini ? Saya mendapatkan jawabannya dari si pemilik kebun. Sebelumnya batang bambu itu digunakan untuk menopang pohon mengkudu kecil yang sering rubuh tertiup angin kencang.
Lalu bambu itu digunakan untuk menopang, hingga lambat laun, sekarang bahkan batang pohon mengkudu itu telah membesar dan sekarang merangkul dengan erat bambu tua itu.
Saya tertegun. Ada saatnya saya mengingat. Waktu kita kecil susah, kita seperti pohon mengkudu kecil itu, lemah dan tertiup angin dan mudah rubuh. Tapi ada orang-orang di sekitar kita yang menjadi 'bambu' penopang bagi kita. Sehingga kita tetap bisa bertumbuh.
Dan ada saatnya, kita menjadi pohon yang kuat. Bambu sudah tidak diperlukan lagi. Tapi dia tetap ada disana. Mungkin untuk sebagian orang, bambu penopang itu menyusahkan dan membuat tidak nyaman, tapi keberadaannya membuat kita mampu berdiri hingga saat ini. Maka tidak ada salahnya , kita pun bisa menjadi penopang, merangkul erat bambu penopang itu. Mungkin dia sudah tidak lagi muda, tidak kuat lagi, dan keropos menggerogotinya. Tapi kita yang muda, yang telah dibantunya berdiri, bisa menopang mereka.
Coba lihatlah sekeliling anda.. Anda akan menemukan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H