Lihat ke Halaman Asli

fanky christian

IT Specialist, DCMSolusi, DCMGroup, EventCerdas, StartSMEup, JesusMyCEO, IndoBitubi, 521Indonesia

Remote Work, Split Work atau Hybrid Work

Diperbarui: 9 Mei 2021   09:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tidak hanya di Indonesia, perkembangan untuk bekerja secara remote (Remote Work), atau bekerja bergantian (Split Work) juga melanda dunia global. 

Khususnya perusahaan finansial yang selama ini sangat ketat dalam kehadiran, kinerja kerja yang salah satu faktor diukurnya adalah kehadiran di kantor. Mereka semua sekarang telah melakukan Work From Home selama setahun ini, kecuali di cabang yang umumnya bekerja secara bergantian. 

Bekerja secara remote sendiri telah menimbulkan kerumitan di kalangan pengusaha, dan pekerja sendiri. Mereka harus memastikan semua sistem bisa diakses dari remote, khususnya dari rumah. Padahal sistem finansial sendiri sangat rentan terhadap serangan keamanan siber dan jaringan. Maka mau tidak mau mereka mengubah banyak hal, dari teknologi hingga prosedur. 

Coba kita tengok perkembangan yang terjadi di dunia, Goldman Sachs menyatakan bahwa karyawannya harus kembali bekerja di pertengahan juni 2021 ini, sedangkan lainnya lagi, seperti Deutsche Bank, HSBC mereka memilih untuk Hybrid Work untuk jangka panjang, termasuk Norges Bank Investment Management  meminta karyawannya hanya masuk di Selasa dan Kamis. 

Siasat split work, bekerja bergantian memang juga telah merubah banyak hal. Selain cara bekerja, juga memastikan mereka bekerja optimal dan mencapai target yang ditentukan, akan merubah semua fokus manager dan direksi perusahaan. 

Bagaimana dengan Indonesia ? Mau cenderung ke mana? Remote Work , Split Work atau Hybrid Work. 

Satu hal yang jelas harus diperbaiki adalah MINDSET pekerja. Dimana meskipun mereka di rumah, atau tidak di lingkungan pekerjaan, mereka tetap bisa bekerja secara optimal. Pekerja harus diukur dengan PENCAPAIAN / TARGET bukan KEHADIRAN. Maka pola Key Performance Indicator pekerja harus dirubah, tidak bisa pakai KPI berdasarkan kehadiran, tapi pencapaian. Pola lain yang bisa dijajaki adalah OKR (Objective Key & Result) yang harus digunakan. 

Ayo, apa pilihan anda ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline