Bukan maksud hati ingin menang, bukan maksud diri ingin membanggakan diri. Namun saya ingin berpartisipasi dalam ajang Kompasiana kali ini yang bertemakan "Dinamika Berpendapat". Syukur-syukur bisa menang, yang penting bisa ikutan ajang ini terlebih dahulu.
Hei teman-teman, kembali lagi bersama Stanley Wijaya yang akan selalu menemani kalian di waktu dan kesempatan yang ada. Bagaimana kabarnya? Semoga baik-baik saja ya. Nah, dalam postingan kali ini saya akan membahas tentang dinamika berpendapat yang saya alami nih. Mau tau kan? So check this out ya..
Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar di negara demokrasi ini. Pendapat setiap orang berbeda-beda, namun pendapat itu pastinya mempunyai tujuan dan maksud tersendiri. Seringkali orang menyikapi perbedaan pendapat dengan hal yang negatif karena perbedaan itu diikuti dengan anarkisme dan kebrutalan. Namun bila dihayati, perbedaan pendapat itu bisa menjadikan keputusan berbuah manis dan berkenan bagi semua pihak.
Semua pihak di Indonesia wajib menghargai perbedaan pendapat, seperti yang dilakukan oleh sekolah saya, SMAN 1 Magetan. Setiap semesternya, sekolah saya mengadakan Dialog Terbuka. Dialog ini diadakan untuk menampung aspirasi atau pendapat dari siswa selama satu semester ini. Jadi, setiap siswa bisa memberikan pendapatnya secara langsung kepada pihak sekolah dan pihak-pihak yang bersangkutan. Perbedaan pendapat antara siswa dan pihak sekolah pasti ada. Namun, dialog ini sangatlah berguna karena dapat menjadi koreksi dan dapat memperbaiki fasilitas yang ada sesuai yang diharapkan siswa.
Selain dengan menyampaikan pendapat dengan langsung, pendapat juga dapat disampaikan secara tidak langsung. Bagaimana caranya? Ya, lewat internet. Di internet banyak sekali tempat untuk mengungkapkan pendapat, contohnya : social media, social network, forum diskusi dan lain sebagainya.
Di internet yang bisa kita sebut dunia maya, setiap orang bisa menumpahkan segala ide dan pendapatnya secara bebas. Bebas disini bukan bebas sebebas-bebasnya. Bebas dalam konteks ini bisa menuangkan segala idenya tanpa ada yang menghalangi, tetapi tetap memperhatikan kenyamanan pengguna internet lainnya.
Status Facebook, tweet dari twitter, adalah beberapa contoh dari penerapan pendapat seseorang yang disuguhkan dalam bentuk berbeda. Disana pula ada kolom komentar atau fasilitas untuk membalas pendapat tersebut, karena pencipta jejaring sosial tersebut juga sadar bahwa pendapat seseorang tidaklah sama. Ada yang menguntungkan orang lain, ada pula yang merugikan orang lain. Jadi, dalam membuat ataupun memposting pendapat harus didasari dengan tanggung jawab dan memperhatikan etika berinternet.
Etika dalam internet atau yang sering dikenal dengan netiket, sangat diperlukan dan disadari bagi para pengguna internet, khususnya para remaja. Mengapa remaja? Remaja mempunyai tingkat emosional yang labil dan mudah berubah-ubah. Mereka mudah saja menulis sesuatu tanpa mereka pikirkan terlebih dahulu. Hal itu pada akhirnya bisa membahayakan masa depan dari remaja itu. Juga tak menutup kemungkinan orang tua dan pengguna internet yang sudah cukup umur tidak bisa menghargai etika dalam dinamika berpendapat. Lalu, apa saja sebenarnya etika internet dalam dinamika berpendapat itu?
- Jangan Kekang Pendapat Orang Lain
Menerima pendapat orang lain adalah sikap yang terpuji. Lagipula dalam UUD 1945 juga dituliskan bahwa setiap orang boleh mengemukakan pendapatnya. Mengekang pendapat orang lain bisa menjadikan dirimu mendapat masalah. Jadi, hargailah perbedaan itu :D
- Hindari CAPSLOCK