Indonesia, bagi saya adalah terjemahan dari negeri beribu pulau yang penuh dengan keragaman budaya. Gugusan pulau-pulau Indonesia dari ujung barat sampai ujung timur penuh dengan keindahan yang tidak dimiliki oleh negara lain, dan ini menjadi daya tarik luar biasa bagi orang (negara) lain untuk mengunjungi, memiliki dan merampas dari Indonesia.
Pesona-pesona wisata yang terintegrasi dalam suatu tautan budaya yang unit dan alam yang mempesona merupakan kekuatan dan peluang untuk menjadi magnet bagi kedatangan wisatawan dari negara lain.
Selain alam dan budayanya, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Dari potensi lahannya yang membentang dari Sabang sampai Merauke, tentu saja membuat para investor di bidang perkebunan kelapa sawit tergiur untuk segera berekspansi di negeri beribu pulau ini. Kekayaan mineral, batubara dan minyak bumi yang tersimpan dalam perut bumi tidak kalah menarik unti membuat investor-investor berebut menanamkan modalnya.
Sayang, dengan kekayaan yang luar biasa ini bangsa Indonesia masih belum mampu memaksimalkan potensinya untuk menyejahterakan rakyatnya. Ketika ada potensi alam yang bisa dijadikan alat untuk mesejahterakan rakyat secara berkelanjutan, beberapa pihak justru milih untuk memperkaya diri sendiri secara instan, misalnya potensi lahan yang membentang luas, tidak dimanfaatkan dengan mengelolanya untuk lahan pertanian datau perkebunan bersama masyarakat tetapi lebih memilih untuk menjual tanah kepada para investor, dan tentu saja selanjutnya akan menghabiskan uang hasil penjualan lahan dalam sekejap. Ujung-unjungnya dalah menjadi penonton ditengah megahnya kejayaan investor. Sialnya lagi, sebagian pihak menyikapi kejadian ini dengan demo anarkis mengatasnamakan putera daerah yang akan menyelamatkan lingkungannya setelah tanah nenek moyang ini sudah dijual untuk memenuhi tuntutan hidup yang hedonisme.
Di tengah menjamurnya pihak asing melakukan ekspansi usaha ke bumi nusantara ini, banyak juga putera bangsa yang mampu menunjukkan kualitasnya di dunia internasional. Beberapa perusahaan anak negeri mampu melakukan ekspansi ke mancanegara. Secara obyektif banyak perusahaan yang dikelola oleh tangan-tangan masyarakat Indonesia yang sekarang menjadi panutan di luar negeri, misalnya di bidang pembangunan jalan raya, pertambangan dan perminyakan. Karya-karya mereka ternyata lebih banyak diberik kesempatan dan dihargai di negeri orang.
Monopoli pengusaan oleh bangsa asing di Indonesia ternyata tidak hanya terjadi di bidang sumber daya alam. Segudang pesona budaya yang ada di Indonesia sering kali juga menjadi incaran untuk diakusisi oleh pihak asing. Beberapa entitas budaya dilirik dan diakui oleh bangsa tetangga yang mengaku serumpun. Kita sering kali ribut setelah pencurian itu terjadi, tetapi sebelumnya? Meliirik pun tidak.
Dengan aneka bentuk ekspansi bangsa lain lalu apa yang bisa kita banggakan sebagai anak negeri ini? Di luar kasus terorisme, kita patut berbangga terhadap sikap toleransi dan solidaritas umat beragama di Indonesia. Beberapa negara menjadikan Indonesia sebagai laboratorium kerukunan antar umat bergama. Di bebarapa negara, perbedaan agama antar masyarakat bisa menjadi bencana kemanusian akibat perang tetapi di Indonesia hal ini bisa menjadi suatu harmoni hidup masyarakat. Umat beragama Kristiani tentu merasakan amannya beribadat pada waktu perayaan hari besar agama yang dijaga dengan baik oleh saudaranya umat Islam. Selain itu masyarakat di daerah Solo tentu ikut bergembira dengan solidaritas kaum Kristiani ketika ikut menyiapkan makanan buka puasa bagi pekerja jalanan yang sedang menunaikan ibadah di bulan ramadhan.
Toleransi dan solidaritas umat beragama di Indonesia sudah terbentuk melalui jalur budaya masyarakat. Keragaman budaya Indonesia ikut membentuk sikap saling menghargai, menghormati dan akhirnya secara produktif sikap tersebut berkembang menjadi toleransi dan solidaritas yang kontsruktif. Budaya Indonesia yang unik ternyata mampu mengawal kerukunan masyarakat, budaya juga berfungsi sebagai suatu dimensi masyarakat dapat bertemu dan berinteraksi secara dinamis dengan masyarakat lain dalam konteks perbedaan iman.
Budaya Indonesia dalam beberapa hal terbukti mampu secara produktif mengawal kerukunan masyarakat. Jika kita korelasikan dalam kontek pengelolaan sumber daya alam Indonesia yang melimpah tetapi terancam oleh penguasaan bangsa asing, mampukah budaya Indonesia berperan dalam mempertahankan sumber daya alam dan secara strategis bisa mengelolanya dalam konteks untuk kesejahteraan rakyat?
Menanam padi di masyarakat suku dayak kanayatn Kalimantan barat dapat dijadikan contah bahwa budaya (adat istiadat) dapat menjadi hal yang bermanfaat dalam mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan saya alami ketika berjalan-jalan ke Kalimantan Barat. Suku dayak kanayatn mengelola lahannya secara berputar, bukan berpindah seperti yang sering kita pahami. Proses menanam padi yang berputar dari lahan satu menuju lahan lain dan kembali ke lahan awal ternyata mampu mempertahankan kekekayaan alam berupa lahan, eksistensi penguasaan lahan tetap terjaga.
Proses tanam padi secara organik/tanpa menggunakan zat kimia yang dilakukan oleh masyarakat dayak kanayatn menghasilkan padi dengan kualitas yang baik. Menanam padi bagi masyarakat dayak kanayatn tidak hanya suatu peristiwa atau kegiatan bercocok tanam tetapi merupakan acara budaya, kegaiatan-kegaiatan adat dilakukan oleh masyarakat pada saat membuka lahan, menanam dan memanen. Beberapa ritual dilakukan sebagai wujud terima kasih kepada Tuhan yang Maha Esa melalui kemurahan alamnya. Menanam padi dengan konteks budaya tentu saja tidak hanya dilakukan oleh suku dayak kanayatn di Kalimantan Barat, dalam keunikan yang berbeda hal ini juga dilakukan oleh suku-suku lain di bumi Indonesia. Menjaga alam secara berkelanjutan ternayat tidak semata-mata hanya dipandang dari sisi bisnis tetapi bisa dilakukan dan dikelelola dalam semangan budaya luhur yang diwariskan secara turun temurun.
Budaya Indonesia terbukti bisa menjaga martabat bangsa, mempertahankan kerukunan masyarakat, menguatkan toleransi dan solidaritas antar umat beragama. Untuk bangga sebagai bangsa Indonesia tidak cukup hanya slogan Garuda di Dadaku atau mengibarkan merah-putih, tetapi kebanggaan itu perlu diaktualisasikan dengan budaya-budaya yang baik, yang sudah diturunkan oleh leluhur kita, dan tentu saja budaya tersebut dapat dikembangkan selaras kemajuan jaman tanpa melunturkan nilai-nilai luhurnya sebagai panduan harmoni anak bangsa.
Aku bangga sebagai anak Indonesia karena budayanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H