Lihat ke Halaman Asli

Johanes Krisnomo

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Pahitnya Menabung Berbuah Manis

Diperbarui: 30 Juni 2020   18:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Menabung. Sumber : Pixabay

Ingin berbagi cerita, pada awalnya tak tahu lagi. Mau yang ini, jangan-jangan tak menarik, mau yang itu sepertinya biasa-biasa saja.

Bersyukur, bahwa anak-anak telah menyelesaikan pendidikan tingginya. Semisal, miskin pembaca sekalipun, banting-tulangnya ketika berproses akan memberi manfaat bagi yang merindukan keberhasilan dalam keterbatasan.

Kalau dibilang suksesnya tak memerlukan uang, bukan begitu maksudnya. Uang yang minimalis, masih bisa hidup berhemat, asalkan jelas tujuannya mau apa ke depannya.

Pandai-pandailah menabung!

Jangan mudah menggunakan uang, untuk keperluan yang tidak terencana. Persulitlah diri dengan cara tidak membawa uang tunai, ataupun kartu ATM yang penuh uang.

Bila perlu, memiliki lebih dari satu kartu ATM, dengan keperluan yang berbeda-beda. Pisahkan kartu harian, kartu biaya sekolah, atau kartu darurat dan lain-lainnya.

Hanya kartu ATM harian yang selalu dibawa-bawa, atau disimpan di dompet. Selain itu, cukup disimpan di rumah.

Dulu, waktu mesin ATM masih belum merajalela, tak mudah menggesek kartu untuk sesuatu yang tak direncanakan.

Yang dikatakan menabung, tak selamanya sesuai maksud awal, menabung untuk masa depan. Mudahnya ambil uang di ATM, seolah hanya merubah cara pembayaran tunai dan non-tunai saja.

Jadi, pandai menabung kalau menurut pendapat pribadi, dibahasakan sebagai cara menyimpan uang di tempat yang sulit, beda kartu ATM. Bila sudah cukup banyak, dapat dikunci dengan tabungan deposito.

Terencana merangkai masa depan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline