Sumringah wajahnya, ketika hari pertama masuk kerja setelah liburan. Nikmatnya berasa banget, leyeh-leyeh merebahkan badan di hamparan pasir pantai. Sedangkan kawan lain mengisi waktu liburnya dengan merawat anggrek kesayangan di teras rumahnya.
Meski mampu piknik, nyatanya tak bisa dibilang mengisi waktu liburan. Pasalnya, status orang kaya yang disandangnya, tak pernah dirasakan sebagai hari libur karena hampir tiap hari statusnya di rumah tak lagi bekerja.
Simaklah, bagi kawan yang tak lagi bekerja, otot dan tulang-belulangnya tak pernah lelah, kemudian saat liburan ya tetap saja tak lelah, tak ada pengaruh.
Beda banget, bagi yang kerja seharian berhari-hari, plong rasanya ketika saat liburan tiba.
Ada siang ada malam. Bagaimana mungkin mensyukuri malam bila tak pernah mengalami teriknya siang. Berpanas-panas siang, hingga terasa ke ubun-ubun, saatnya malam patutlah disyukuri. Waktunya merenung, betapa Sang Pencipta telah mencipta siang-malam untuk semua makhluk, dan memberi ruang bersyukur.
Kembali pada suasana liburan, sangatlah dinanti akibat tekanan fisik maupun psikis, dan waktunya liburan menjadi dambaan para pekerja.
Tak semua sama, beberapa mungkin berbeda pandang, karena nikmatnya liburan kebablasan. Maksudnya, angkuh berpikir melupakan bahwa terlaksananya liburan atau piknik karena terbiayai hasil kerja keras yang menyita.
Contoh lainnya, ada kawan sesama pekerja, yang telah mendapatkan ijin serta kemudahan untuk melanjutkan kuliah. Ambil luangnya waktu, ada yang khusus kuliah Sabtu -- Minggu, atau tiap sore hingga malam hari selepas kerja.
Tak pernah bersyukur, apalagi berhutang-budi, dan tak ingat lagi bahwa biaya kuliahnya diambil dari gaji atau upah kerja uang bulanannya. Sering-seringlah, beberapa kawan sering tak masuk kerja, dengan alasan lelah atau mungkin sakit-sakit ringan. Kecewa pastinya, perusahaan tempatnya bekerja tak inginlah punya pekerja yang malas dan sering lelah bukan karena sibuk bekerja.
Simpulnya, liburan itu berasa nikmat, bagi mereka-mereka yang menyadari secara tulus bahwa liburannya merupakan akibat hasil kerja. Tak mungkinlah mampu berlibur, apalagi sedikit mewah bila tak dibiayai penghasilan kerja. Perkecualian, bila ternyata mampu berlibur tanpa harus bekerja karena termasuk golongan berpunya.
Bersyukur, nikmatnya liburan karena kita bekerja, perlulah dipahami secara jernih. Liburan itu menyegarkan dan menyehatkan, dan selayaknya menyadari serta bersemangat syukur akan pekerjaan yang kembali dilakukannya setelah liburan.