Hingga kini, September 2019, Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih melanda kawasan Riau, Pekanbaru dan sebagian Kalimantan. Dampaknya, kabut asap sangat mengganggu kesehatan, dan belum terkendalikan dengan baik. Jangan keluar rumah bila tak perlu-perlu amat. Diperlukan upaya praktis agar setidaknya rumah tetap terjaga bersih dan sehat.
Betapa gawatnya situasi, sudut pandang kabur terhalang tebalnya kabut, bahkan di beberapa bandara sempat membatalkan lalu-lintas penerbangannya. Salah urus menjadi penyebab terjadinya kebakaran hutan yang menghasilkan kabut asap berkelimpahan.
Beberapa polutan yang terkandung dalam kabut asap, seperti dinyatakan World Health Organization (WHO) dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, selain partikel kabut asap ada beberapa gas seperti Karbon Monoksida (CO), Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), dan Ozon (O3), yang berpotensi menyebabkan berbagai penyakit seperti iritasi selaput lendir pernafasan hingga paru-paru kronik.
Susah bernafas, dada terasa berat, dan pusing menjadi keluhan utama di setiap ulasan media, merupakan gejala kronis akibat berkurangnya kandungan oksigen yang terhisap.
Paparan asap, yang salah satunya mengandung gas Karbon Monoksida (CO) ternyata menghambat pengangkutan Oksigen (O2) oleh Hemoglobin (Hb) darah. Hemoglobin telah diikat oleh Karbon Monoksida. Akibatnya metabolisme di otak akan kekurangan Oksigen, dan itu mengakibatkan sulit bernafas dan lainnya. Belum lagi, dampak bahaya partikel asap bagi paru-paru sangatlah kronis.
Bila keluar rumah perlu dihindari, demi menghindari paparan kabut asap, selayaknyalah diupayakan agar rumah harus sehat.
Beberapa upaya yang patut dilakukan untuk mengurangi paparan kabut asap, di antaranya adalah :
- Melakukan penyaringan udara yang biasa masuk melalui lubang angin pintu atau jendela dengan saringan kain halus. Tujuannya agar kabut asap yang tercampur partikel debu atau asap tertahan tak masuk rumah.
- Melengkapi sudut --sudut ruang di rumah dengan tanaman penghasil oksigen dan penyerap gas-gas beracun. Diantaranya, lidah mertua, lili paris, sirih gading dan suplir yang mudah perawatannya dan tak memerlukan banyak sinar matahari.
- Mengkonsumsi sayur dan buah-buahan, yang sebagian besar mengandung zat antioksidan dan mampu menetralisir pengaruh polutan asap dan gas-gas berbahaya yang terhisap. Contohnya : wortel, jeruk, sirsak dan buah-buahan lainnya yang berwarna orange.
Terlanjur sudah. Jangka pendek terbaik, berjuang semaksimal mungkin menghadapi kabut asap dari rumah dan lingkungan terdekat, bila tak bisa melakukannya dalam skala besar.
Kesadaran akan dampak bahaya kebakaran haruslah digalakkan kembali. Saling mengingatkan agar tak membakar pepohonan saat membuka lahan, sampah-sampah tanaman di hutan dan di mana pun agar tak merembet menjadi kebakaran besar yang sulit dikendalikan.
Bandung, 17 September 2019 Link : Bakar Sampah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H