Polos tanpa ini-itu, ketika menonton filmnya, Bumi Manusia. Bahkan tak sempat berpikir tentang perbedaan versi novelnya, yang cetak pertama di tahun 1980-an, dan telah cetak ulang 32 kali. Niatnya, hanya menonton seperti yang telah dihebohkan oleh kawan-kawan dan media, dan belum sempat membaca novelnya.
Bumi Manusia, mahakarya sastra yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer semasa ditahan di Pulau Buru pada 1970-an, awal dari tetralogi Buru dengan tiga kisah lainnya, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.
Bumi Manusia, disutradarai oleh Hanung Bramantyo; Produser: HB Naveen, Frederica (Falcon Pictures); Penulis naskah: Salman Aristo; Pemain: Sha Ine Febriyanti, Mawar Eva de Jongh, Iqbaal Ramadhan, Peter Sterk, Giorgino Abraham, dan Jerome Kurnia.
Berkisah tentang Pergolakan Cinta dan Status Sosial di Era Kolonial, mulai tayang di bioskop: 15 Agustus 2019, dengan durasi 181 menit.
Sepasang peran penting dalam Bumi Manusia adalah Raden Mas Tirto Adhi Soerjo alias Minke (Iqbaal Ramadhan), pemuda asli Jawa dan Annelies (Mawar de Jongh), putri dari pasangan Nyai Ontosoroh (Sha Ine Febriyanti), perempuan Jawa yang dijadikan gundik oleh Herman Mellema (Peter Sterk), Eropa totok.
Awal mulanya, Minke yang bergelar Raden, diajak oleh Robert Suurhof (Jerome Kurnia), kawan sekelasnya di HBS, ke Boerderij Buitenzorg, rumah keluarga Herman Mellema, menjumpai Robert Mellema (Giorgino Abraham).
Ternyata, Minke yang semula diposisikan sebagai orang nomor sekian, karena asli Jawa, duduk di ruang dan kursi berbeda, yang akhirnya ditemui oleh kakaknya Robert Mellema, wanita anggun yang dipanggil Annelies.
Annelies berdarah indo, keinginan untuk menjadi Jawa seperti ibunya, nyata dalam kehidupan pribadinya.
Nyai Ontosoroh meski gundik tapi dipercaya suaminya, Herman Mellema, dan memberikan kendali penuh untuk mengatur Boerderij Buitenzorg, lahan luas pertanian dan pemerahan susu sapi.
Keramahtamahan dan kebaikan Nyai Ontosoroh kepada para pekerja sangat disukai, dan menjadi bagian dari kehidupannya sebagai orang Jawa. Annelies pun, tak jauh beda dengan semua kebaikan yang telah dilakukan ibunya atas Boerderij Buitenzorg.
Kekuatan suasana, terbangun kental dengan banyaknya dialog berbahasa Belanda dan kostum-kostum yang memberikan nuansa masa kolonial penjajahan.