Meski ada pesan, maknanya terkadang tak mampu terpahami. Bangun pagi tak bersemangat, padahal tugas-tugas menanti di depan mata. Bahkan sinar mentari pagi pun kadang tak mampu menghangatkan hati yang dingin, bergegas dan segera berlari.
Mungkin hati kita lelah, ketika hari baru ternyata hadir begitu cepat dan rutin. Bisa saja, kurang piknik, kurang uang, dan kurang gaul serta menganggap diri paling menderita. Tak mampu bersyukur, dengan apa yang dipunyai dan kurangnya pikiran gaul bahwa di belahan dunia lain ternyata lebih banyak lagi kesusahan yang lebih.
Menghirup udara pagi, dan mengheningkan hati sejenak dalam dekapan doa kepada-Nya, menjadikan syukur atas kehebatan pagi yang akan memampukan berpikir jernih.
Berpikir ulang, memahami kerja sebagai ungkapan syukur atas kehidupan yang telah diberikan, awalnya pembuka mata hati.
Ukirlah rencana apa yang akan dihadapi di tempat kerja, dan akan melakukan apa. Aktualkan dalam bayangan visual mata, bahagianya melakukan aktivitas kerja, dan hasilnya akan sangat diperlukan orang atau bagian lain. Bila hasil kerja kita kurang baik, maka akan berpengaruh terhadap hasil akhir.
Seolah petani yang menanam, asal-asalan hingga hingga akhirnya tak berbuah baik, padahal tanahnya telah disiapkan dan diolah agar siap tanam.
Tak jauh beda dengan pekerja yang memproduksi produk makanan berkemasan. Bahan baku yang semaunya dan tak berkualitas dipakai, hingga hasil akhirnya jelek meskipun kawan-kawan kita telah begitu serius mengolahnya dalam kemasan terbaiknya.
Pemahaman bahwa apa yang kita lakukan, akan berproses dan berpengaruh terhadap kelanjutannya. Artinya apa yang kita lakukan berdampak buruk terhadap orang lain yang telah bekerja baik sekalipun, bila kita asal-asalan.
Mencoba bangkit, dan sadar diri bahwa apa yang kita kerjakan pun hasilnya bukan untuk diri sendiri semata. Mungkin saja, pembantu di rumah yang anaknya lima dan masih butuh makan dan sekolah sangat memerlukan hasil kerja kita. Belum lagi untuk kehidupan keluarga kita sendiri, pastinya.
Terbayang, dan tahu apa yang akan kita kerjakan setelah beranjak dari rumah, serta untuk apa kita bekerja adalah kunci utama bagaimana menolak jauh-jauh ketidakberdayaan yang kadang menghampiri.
Bangkit dari kemalasan dan ketidaksemangatan kerja, merupakan wujud syukur atas karunia yang telah diberikan-Nya buat kita agar mampu dijalani sebaik-baiknya buat kemanfaatan kita dan sesama. Selamat dan Semangat pagi!